Gerakan Konsumen Indonesia
The only thing necessary for the triumph of evil is for good men to do nothing. (Kejahatan hanya bisa terjadi ketika orang baik tidak berbuat apa-apa). ---Edmund Burke

Rokok, Pintu Gerbang Kehancuran Bangsa

Selasa, 30 Juni 2009 | 17:29 WIB

Laporan wartawan KOMPAS Elok Dyah Messwati

JAKARTA, KOMPAS.com — Jika pemerintah tidak mengontrol penjualan rokok di Indonesia, masyarakat Indonesia tidak akan pernah terlepas dari lingkaran setan yang makin memiskinkan mereka. Saat ini di Indonesia ada lebih dari 60 juta perokok dan 70 persen di antaranya berasal dari golongan ekonomi menengah ke bawah.

"Ada lingkaran setan antara merokok-kemiskinan-malautrisi-dan kebodohan. Anak-anak juga menjadi korban. Rokok itu pintu gerbang kehancuran bangsa," kata mantan Menteri Kesehatan Prof Farid Anfasa Moeloek saat peluncuran buku berjudul Tembakau: Ancaman Global di Jakarta, Selasa (30/6).

Buku yang diterjemahkan dari karya John Crofton dan David Simpson ini disunting oleh Muherman Hasan, dokter ahli paru-paru. John Crofton adalah tutor dari Muherman Hasan selama 20 tahun untuk upaya pemberantasan tuberculosis.

Kini konsumsi rokok di Indonesia menduduki peringkat ketiga dunia, setelah China dan India. Semula Indonesia nomor lima. Tidak heran jika lebih dari 60 juta orang membelanjakan uangnya untuk membeli rokok. Mereka rata-rata menghabiskan 11 batang rokok per hari.

Secara nasional, elanja bulanan untuk rokok pada keluarga perokok menempati urutan terbesar kedua (9 persen) setelah beras (12 persen).

Yang lebih memprihatinkan, dari Survei Sosial dan Ekonomi Nasional (Susenas) 2006, kelompok keluarga miskin terbukti mempunyai proporsi belanja rokok yang lebih besar (12 persen) daripada kelompok terkaya yang hanya 7 persen.

Data lebih konkrit menunjukkan, belanja bulanan rokok pada keluarga miskin tahun 2006 setara dengan 15 kali biaya pendidikan dan sembilan kali biaya kesehatan. Dibandingkan dengan pengeluaan makanan berhgizi, jumlah tersebut setara dengan 17 kali pengeluaran untuk membeli daging, dua kali lipat untuk membeli ikan dan lima kali lipat untuk membeli susu dan telur, kata Tulus Abadi, anggota Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI).

Survei pada tahun 1999-2003 di lebih dari 175.000 keluarga miskin di perkotaan di Indonesia menunjukkan bahwa tiga dari empat kepala keluarga (78,8 persen) adalah perokok aktif. Belanja mingguan untuk membeli rokok menempati peringkat tertinggi (22 persen), jauh lebih besar daripada untuk pengeluaran makanan pokok beras yang hanya 19 persen, sedangkan pengeluaran untuk telur hanya tiga persen dan ikan hanya empat persen.

Perilaku merokok kepala rumah tangga berhubungan erat dengan gizi buruk, yaitu prevalensi anak sangat kurus, berat badan rendah, dan anak sangat pendek. Belanja rokok telah menggeser kebutuhan terhadap makanan bergizi bagi tumbuh kembang balita.

Studi sejenis pada 2000-2003 pada lebih dari 360.000 rumah tangga miskin di perkotaan dan perdesaan membuktikan, kematian bayi dan balita lebih tinggi pada keluarga yang orangtuanya merokok daripada yang tidak merokok, papar Tulus Abadi.

http://kesehatan.kompas.com/read/xml/2009/06/30/17293615/rokok.pintu.gerbang.kehancuran.bangsa
0 comments:

Post a Comment

Selamat Datang

Blog ini diproyeksikan untuk menjadi media informasi dan database gerakan konsumen Indonesia. Feed-back dari para pengunjung blog sangat diharapkan. Terima kasih.

Followers


Labels

Visitors

You Say...

Recent Posts