Kesehatan Jakarta | Kamis, 02 Jul 2009
by : Nunik Triana
Dibandingkan kokain dan morfin, nikotin 5-10 kali lebih kuat menimbulkan efek psikoaktif pada manusia.
KALAU Anda seorang perokok dan sulit menghentikan kebiasaan buruk ini berarti Anda punya masalah kejiwaan. Nikotin, yang tergolong zat adiktif, telah bekerja memengaruhi kejiwaan Anda sehingga membuat Anda sulit menghentikan kebiasaan yang merugikan kesehatan ini karena sudah kecanduan.
Dokter Spesialis Kejiwaan dari Rumah Sakit Persahabatan Jakarta, Tribowo T Ginting menyatakan, sifat adiksi yang terkandung dalam rokok memang membuat seseorang secara kejiwaan menjadi lebih sulit untuk berhenti merokok. "Dibandingkan kokain dan morfin, nikotin adalah sebuah komponen yang tingkat kecanduannya lima hingga 10 kali lebih kuat menimbulkan efek psikoaktif pada manusia," katanya. Kerugian yang ditimbulkannya termasuk turunnya produktivitas, meningkatkan risiko ekonomi, sosial, kesehatan, hingga akhirnya menyebabkan kematian.
Keberadaan nikotin sebaiknya memang tidak dianggap sepele karena berkaitan erat dengan merokok yang menjadi kebiasaan. Zat adiktif kadar tinggi, yang terkandung di dalamnya adalah zat psikoaktif poten yang mencetuskan euforia dan kecanduan. Hingga kemudian menjadi sumber ketergantungan yang akan memengaruhi suasana hati dan penampilan jika tidak menggunakannya.
Adiksi nikotin terjadi, menurut Tribowo, karena nikotin akan terstimulasi melalui reseptor nikotin di susunan saraf pusat untuk mengeluarkan dopamin yang kemudian mengubahnya menjadi endorphin (susunan molekulnya mirip morfin), atau zat pembuat rasa senang. "Efek kerja nikotin mirip dengan kokain, tetapi lebih sebentar, ringan, serta terjadi proses desensitisasi. Dalam hal ini reseptor akan kembali aktif jika ia merokok lagi," katanya.
Kebiasaan merokok memang terkait erat dengan masalah kejiwaan, namun bukan berarti tidak dapat disembuhkan. "Walaupun 70 persen perokok mengatakan mereka ingin berhenti merokok, hanya 7,9 persen saja yang dapat melakukannya tanpa bantuan," katanya. Tetapi, Anda tak perlu khawatir, menurut Tribowo, terapi dokter dapat meningkatkan kemungkinan keberhasilan menjadi 10,2 persen. Jika ditambah lagi dengan kombinasi farmakologi, psikoterapi, serta dukungan sosial, maka akan meningkat menjadi 35 persen.
Data Guideline for Smoking Cessation yang dikemukakan oleh Dokter Spesialis Kesehatan Masyarakat Papparangireid mengungkapkan, dari 70 persen orang yang berhenti merokok, hanya lima hingga 10 persen saja yang dapat melakukannya tanpa bantuan. Keberhasilan akan sulit dicapai jika tidak ada keinginan kuat dan dukungan dari keluarga, serta terapi medis yang tepat. "Untuk mendukung perokok berhenti merokok dan pada akhirnya menekan angka mortalitas yang disebabkan oleh rokok, dibutuhkan solusi terapi terpadu yang intensif dengan kemudahan akses," kata Tribowo.
Jangan Menghakimi
Dukungan keluarga dan orang di sekitar dalam hal ini dapat diberikan dalam bentuk hal-hal yang menyentuh jiwa dan mengena sudut emosional. Seperti menghargai usaha perokok untuk berhenti merokok. Menyediakan waktu bila perokok memerlukan dukungan seperti dalam bentuk kunjungan atau membantu mengalihkan pikiran dari rokok seperti dengan menonton televisi dan berolahraga. Bantu juga perokok yang sedang dalam proses berhenti untuk mendapatkan apa yang diperlukan seperti permen atau buah-buahan. "Jangan menghakimi. Ada baiknya melakukan perayaan bila perokok dapat berhenti merokok dalam jangka waktu tertentu seperti satu minggu, dua minggu, sebulan, setahun, hingga selamanya," katanya.
Kunci menghentikan kebiasaan merokok, menurut Tribowo, diawali dengan niat dan keyakinan perokok untuk menghentikan kebiasaan merokoknya. Setelah itu hindarilah semua hal yang berhubungan dengan rokok, seperti beberapa waktu menghindari teman-teman perokok dan menjauhi rokok. Sebagai pengalihan pikiran, ada baiknya selalu membuat kesibukan.
Sedangkan dari dalam tubuh, disarankan untuk mengonsumsi air putih sedikitnya delapan gelas sehari. "Hal ini berguna untuk membersihkan tubuh dari nikotin," katanya. Selain itu, para perokok yag sedang dalam program berhenti merokok lebih baik juga mengonsumsi makanan sehat tanpa bumbu pedas, selain juga mengurangi minuman bersoda dan berkafein.
Berhenti merokok, menurut Tribowo, bukanlah hal yang mudah, hal ini karena akan ada beberapa perubahan yang terjadi baik secara kejiwaan maupun fisik. Gejala putus nikotin seperti mudah tersinggung dan marah, menjadi mudah cemas dan gelisah, mengalami konsentrasi yang terganggu, perasaan menjadi mudah tidak tenang, nyeri kepala, mengantuk, dan lebih sering mengalami gangguan pencernaan.
Tetapi penderitaan ini akan terbayarkan jika perokok telah dapat menghindari rokok. Paling tidak dalam 24 jam pertama, keuntungan tersebut, menurutnya, sudah dapat dirasakan. "Dalam 24 jam pertama, risiko terkena serangan jantung akan menurun, dan 24 jam kemudian kemampuan merasakan dan mencium pun akan meningkat," katanya.
Setelah itu, jika perokok terus mempertahankan diri untuk tidak merokok, maka dalam satu bulan gangguan batuk, sinusitis, cemas, serta napas pendek akan berkurang. Jika telah setahun, maka risiko terkena jantung koroner pun akan berkurang menjadi setengahnya dibanding perokok aktif. "Dan jika hal ini berjalan terus hingga 15 tahun, maka risiko terkena penyakit jantung koroner pun akan sama seperti mereka yang tidak pernah merokok," katanya. Jadi, mulailah berhenti merokok dari sekarang!
http://www.jurnalnasional.com/?media=KR&cari=rokok&rbrk=&id=97443&detail=Kesehatan
Post a Comment