Gerakan Konsumen Indonesia
The only thing necessary for the triumph of evil is for good men to do nothing. (Kejahatan hanya bisa terjadi ketika orang baik tidak berbuat apa-apa). ---Edmund Burke

4 Mitos dan Fakta Obesitas

Labels: , ,
Kamis, 06 Agustus 2009 15:00 WIB

Penulis : Ikarowina Tarigan

KEHIDUPAN sosial sering membawa seseorang larut dalam mitos-mitos yang telah lama berkembang. Seperti, konon, berat badan berlebih bisa meningkatkan risiko berbagai penyakit dan langsing sudah pasti sehat. Ternyata ini adalah mitos belaka. Fakta mengatakan bahwa kurus tidak selalu sehat, dan ayo simak beberapa mitos dan fakta seputar kesehatan yang bisa membantu Anda mendapatkan pemahaman yang tepat.

1. Indeks massa tubuh (IMT) tinggi berarti harus menurunkan berat badan

Fakta:Body mass index /BMI (indeks massa tubuh/IMT) merupakan awal yang baik untuk menentukan apakah Anda kelebihan berat badan atau tidak. IMT bisa dihitung melalui angka pasti dengan membandingkan berat badan (dalam kilogram) dengan kuadrat tinggi badan (dalam meter). Anda bisa menghitung dengan kalkulator dan melihat posisi Anda berdasarkan rentang IMT berikut:


Klasifikasi IMT khusus untuk orang ASIA:

* Berat Badan Kurang (kurus) --------> IMT < 18,5
* BB Normal / ideal -----------> IMT antara 18,5 - 22,9
* BB Lebih (gemuk) -----------> IMT antara 23 - 29,9
* Obesitas (kegemukan) --------> IMT > 30


Tapi BMI tidak memperhitungkan struktur fisik atau tulang, dan tidak membedakan apakah berat Anda berasal dari otot atau akibat lemak dari makanan siap saji. Jadi, Jika Anda termasuk dalam golongan berotot, BMI Anda mungkin berada pada rentang obesitas. Tapi bukan berarti Anda kegemukan.

Sebagai contoh, pada masa puncak karirnya Arnold Schwarzenegger memiliki BMI 33, yang masuk dalam kategori obesitas. Padahal BMI ini berasal dari ototnya, bukan dari timbunan lemak dalam tubuh.

2. Berat badan ekstra pastilah hal yang buruk

Fakta: Bersiaplah mendengar hal yang berlawanan. Berat badan ekstra memang buruk bagi kesehatan. Tapi, beberapa penelitian menunjukkan kalau mereka yang tergolong obesitas dengan rentang BMI standar 25-30 mempunyai angka bertahan hidup lebih tinggi setelah mengalami serangan jantung atau operasi.

Setelah operasi, terang peneliti, orang akan cenderung mengalami penurunan berat badan. Karena itu, mereka dengan sedikit berat badan ektra tentunya akan bisa bertahan dengan lebih baik. Tapi, ukuran BMI ini tetap saja tidak selalu menyesuaikan perbedaan antara laki-laki dan perempuan, atau apakah berat ekstra berasal dari otot yang sehat atau dari lemak.

Studi lain menemukan kalau mereka yang kelebihan berat badan cenderung berisiko lebih kecil mengalami kematian akibat penyakit pernapasan, alzheimer, serta berbagai penyebab lainnya dibandingkan dengan mereka yang memiliki berat badan normal dan dengan usia yang sama.

3. Penurunan berat badan tetaplah hal yang bagus

Fakta: Diet ketat bisa memaksa kerja jantung, menyebabkan batu ginjal, serta menggangu sistem metabolisme. Dibandingkan melakukan diet ketat, ada baiknya menerapkan pola makan sehat dan olahraga teratur untuk menurunkan berat badan secara bertahap. Menurut para pakar, lebih baik menurunkan berat badan sebanyak 1/2 kg seminggu dibandingkan turun drastis tetapi Anda akan kembali dengan mudah mengalami penambahan berat badan.

Gangguan makan seperi anoreksia dan bulimia sangat berbeda dengan diet ketat, tetapi menghasilkan risiko yang sama dan berpotensi mengancam kehidupan. Anoreksia dan bulimia bisa memicu gangguan jantung serta gangguan kesehatan lainnya akibat ketidakseimbangan elektrolit.

4. Langsing sama dengan sehat

Fakta: langsing pastinya akan terlihat bagus, tapi mereka yang kurus belum tentu lebih sehat dibandingkan mereka yang lebih gemuk, khususnya jika mereka merokok. Mereka yang relatif kurus, menurut juru bicara American Dietetic Association Keri Gans, juga masih bisa membawa lemak tidak sehat di dalam tubuh. Lemak ini dikenal dengan visceral fat yang melapisi organ-organ vital. Orang kurus yang membawa lemak ini masih berisiko menderita penyakit jantung, diabetes tipe 2, dan kanker.

"Tidak hanya karena kurus berarti Anda bebas dari penyakit," tutur Gans, seperti dikutip situs health. Setiap orang, terang dia, kurus atau tidak, berisiko mengalami penyakit jantung atau diabetes dari faktor genetik.
Ia juga menambahkan bahwa seringkali orang mengira kalau makan terlalu banyak dan terlalu sedikit olahraga merupakan penyebab utama diabetes tipe 2. Pada faktanya, sekitar 20% pengidap diabetes adalah mereka yang kurus, dan dipicu oleh faktor genetik.

Selain itu, perokok lebih berisiko terserang penyakit. Beberapa orang menahan selera makan mereka dengan cara merokok. Mereka tetap langsing tetapi rokok bisa memicu kanker paru-paru, gangguan pernapasan, dan penyakit jantung.

Sebuah studi yang dilakukan tahun 2008 menemukan, 1 dari 4 orang dengan berat badan normal memiliki paling tidak 2 faktor risiko (seperti kadar trigliserida tinggi, hipertensi, atau kadar gula darah tinggi). (OL-08)

http://www.mediaindonesia.com/mediahidupsehat/index.php/read/2009/08/06/1480/5/4-Mitos-dan-Fakta-Obesitas
0 comments:

Post a Comment

Selamat Datang

Blog ini diproyeksikan untuk menjadi media informasi dan database gerakan konsumen Indonesia. Feed-back dari para pengunjung blog sangat diharapkan. Terima kasih.

Followers


Labels

Visitors

You Say...

Recent Posts