Selasa, 4 Agustus 2009 | 11:22 WITA

JAKARTA, TRIBUN - Departemen Perhubungan akan melakukan indentifikasi terhadap 30 rute penerbangan di Papua. Hilangnya pesawat Twin Otter milik Merpati Nusantara Airlines (Merpati) pada Minggu (2/8) akan semakin mempercepat pemerintah membakukan rute-rute di Papua yang terkenal sangat rawan.

"Kita sedang pelajari 30 rute di Papua, terutama di Sentani. Setelah itu, nantinya akan ditentukan alur- alur yang harus ditempuh oleh pilot yang lokasinya disesuaikan dengan kebiasaan cuaca dan
pegunungannya, " kata Direktur Jenderal Perhubungan Udara Dephub RI, Herry Bakti Singayudha Gumay di Jakarta.

Disebutkannya, nantinya alur penerbangan yang paling baik di Papua akan dijadikan standard operation procedure (SOP) agar dilakukan oleh para pilot yang sedang mengawaki pesawat di sana.

SOP juga dijalankan agar nantinya tidak terjadi tabrakan antar pesawat, karena di Papua melewati celah pengungan adalah sudah lumrah karena daratan Papua memang dipenuhi dengan pegunungan mulai dari ketinggian 1.000 meter hingga 4.000 meter.

Selain itu, pesawat juga akan dilengkapi dengan alat deteksi, sehingga pada saat terakhir pesawat hilang bisa terdeteksi. Menurut Herry, saat ini pihaknya sedang mematangkan rencana tersebut dan segera melaksanakannya.

Meskipun setiap pangkalan udara di Papua hanya dipenuhi dengan pesawat-pesawat berukuran kecil, kata Herry, bisnis penerbangan sangat penting di sana. Hal ini disebabkan karena penerbangan adalah satucsatunya alat transportasi yang bisa menghubungkan antar kota karena kondisi hutan dan pegunungan yang tidak memungkinkan dibangun jalan darat.

Penerbangan antar daerah menjadi kebutuhan yang tidak bisa dihilangkan di sana. Karenanya, rute-rute komersial pesawat berbadan kecil tetap dikembangkan meskipun kondisi alamnya masih rawan.(*)

http://www.tribun-timur.com/read/artikel/42118