Senin, 3 Agustus 2009 | 8:27 WIB
JAKARTA-SURYA-Pemenang tender lisensi BWA (broadband wireless access) yakin penyelenggaraan internet menuju pada penurunan tarif. Pasalnya, apabila pengguna internet semakin banyak, maka tarif akan semakin murah dan bisa terjangkau daya beli masyarakat.
Direktur Utama First Media, Dicky Moechtar mengatakan, arah penurunan tarif internet itu sudah terlihat dari potensi yang ada.
“Kalau dihitung sekarang, tentu kalkulasi harga yang dipasang bisa saja tinggi. Tetapi jumlah pengguna internet akan bertambah, sehingga membuat harga yang ditawarkan ketika teknologi Wimax dikomersialkan akan lebih murah ketimbang sekarang,” kata Dicky di Jakarta, pekan lalu.
Selain First Media, pemenang tender BWA lainnya adalah Telkom, Indosat Mega Media, Internux, Jasnita Telekomindo, Berca Hardayaperkasa, Konsorsium Wimax Indonesia, dan Konsorsium Comtronics System dan PT Adiwarta Perdania.
First Media diperkirakan harus mengeluarkan dana sekitar Rp 121 miliar per tahun untuk menyewa frekuensi dan biaya hak penyelenggaraan (BHP). Guna menutup biaya investasi tersebut, First Media harus menjual harga internet sebesar Rp 100 ribu untuk paket unlimited dengan memiliki 300 ribu pelanggan baru.
Diungkapkan Dicky, permintaan akses internet di Indonesia saat ini lumayan tinggi. Hal itu terbukti dari potensialnya jumlah pengguna selama 3 tahun belakangan ini.
“Dan kunci dari kemenangan pengusung Wimax nantinya adalah pada keterjangkauan dan kecepatan yang dimulai dari 256 kbps,” ucap Dicky.
Namun, Dicky enggan mengungkapkan biaya investasi yang dikeluarkan perseroan karena semuanya masih dalam hitungan. Yang jelas, diluar belanja modal First Media tahun ini sebesar 20 juta dollar AS,” ungkapnya.
Sementara Vice President Director Berca Hardayaperkasa, Wendra Halingkar mengatakan, proyek implementasi Wimax adalah penyebaran dari akses internet yang berujung pada berlipatnya jumlah pemakai dari 30 juta pelanggan yang ada sekarang.
“Hitungan yang menilai tarif internet tidak akan turun jika pakai skala ekonomi sekarang itu betul. Tetapi kami memiliki rencanan bisnis ke depan dimana prediksinya jumlah pelanggan terus meningkat,” kata Wendra.
Diakui Wendra, untuk menutup biaya investasinya ia akan mengandalkan modal sendiri dan berhutang kepada perbankan.
“Untuk komposisinya masih dikaji saat ini,” tandas Wendra.
Tidak Turun, Gagal
Sementara Menteri Komunikasi dan Informatika, Muhammad Nuh mengatakan, setelah dilaksanakannya proyek BWA tarif internet sudah seharusnya turun. Delapan perusahaan menjadi pelaksana lisensi BWA untuk menggarap internet internasional hingga masuk ke kampung-kampung. Dengan perhitungan semakin luas dan semakin banyak pelanggannya, pemerintah sejak dulu sudah berharap proyek tersebut bisa mengadakan internet hingga pedesaan. Bila pemakainya semakin banyak, maka tarif pun akan semakin murah.
Namun demikian, dikatakan Nuh, jika penyelenggaraan dari BWA dan Wimax nantinya membuat harga internet menjadi lebih mahal maka itu berarti kegagalan dari semua pihak.
“Jika itu yang terjadi ada kesalahan dari rencana bisnis yang dibuat oleh para peserta lelang atau pemerintah dalam menyiapkan regulasi. Tetapi sejauh ini kami masih yakin tarif internet akan tetap turun,” tutur Muhammad Nuh. jbp/ewa
http://www.surya.co.id/2009/08/03/janji-tarif-internet-turun-tidak-turun-berarti-gagal.html
Post a Comment