Sabtu, 5 September 2009 | 13:33 WITA
JAKARTA, TRIBUN - Menjelang siang, tempat pengisian bahan bakar gas di PT Petross Jl Perintis Kemerdekaan semakin dipadati kendaraan umum. Bus Transjakarta, oplet, taksi dan bajaj, tampak mengekor.
"BBG ini repotnya mengisi gasnya lama. Mengantrenya sampai satu jam karena BBG sedikit, yang antre penuh," kata Sayidi (52), supir taksi Dian, kepada Kompas.com saat mengisi BBG di Petross Jakarta, Sabtu (5/9).
Keluhan serupa juga dialami Sardi (39), supir bajaj berbahan bakar gas. Pria yang sudah lebih dari dua tahun menarik bajaj ini harus menempuh 20 kilometer hanya untuk mengisi BBG dari Stasiun Juanda, tempat ia biasa mangkal. "Paling dekat di sini (Jl Perintis Kemerdekaan Jaktim). Dulu ada di Sumenep yang lebih dekat tapi bangkrut," ucapnya.
Menurut Sardi, minimnya stasiun BBG membuatnya tidak tenang. Ia cemas BBG habis di jalan, padahal tempat mengisinya jauh. Di Jakarta hanya ada tujuh stasiun BBG. "Belum waktunya yang banyak terbuang," tutur Sardi.
Namun, baik Sayidi maupun Sardi sama-sama merasakan manfaat BBG dalam ekonomi mereka. Sayidi mengaku cocok dengan BBG karena biaya untuk bahan bakar turun drastis. Sewaktu menggunakan BBM ia mengeluarkan biaya Rp 140.000, sekarang Rp 80.000 saja. "Uang yang seharusnya ke bensin sekarang bisa ke dapur," papar Sayidi yang biasa mangkal di Tanah Abang dan Kebon Kacang itu.
Dari hasil penghematan itulah, ia mengaku dapat mengantongi pendapatan bersih Rp 100.000-Rp 150.000 per hari. Ini terkait harga gas yang Rp 3.000 per liter, jauh lebih murah dari bensin yang per liternya Rp 4.500.
Hal senada juga dikatakan Sardi, warga Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Ia mengaku pendapatannya sekitar Rp 100.000 per hari. Dari jumlah tersebut, Rp 50.000 untuk setoran, biaya gas Rp 12.000 dengan waktu kerja mulai pukul 05.00 - 14.00. "Kalau memakai bensin jauh perbandingannya. Kemungkinan saya malah tekor (rugi), wong memakai gas saja dapatnya segitu," ucap Sardi.
Lebih jauh, Sayidi yang adalah warga Joglo tersebut memberikan tips penggunaan BBG. Menurutnya bahan bakar ini memang bagus, murah dan ramah lingkungan, tapi mesin mobil harus sering dibersihkan. "Harus rajin tune up, membersihkan mesin dan busi. Supaya jalannya bagus. Kalau kotor ia endut-endutan," papar Sayidi.(*)
http://www.tribun-timur.com/read/artikel/47439
Post a Comment