Tuesday, 08 September 2009 11:18
Pemadaman Listrik Meluas
MANADO— Pemadaman listrik yang tambah parah mendapat pengeluhan hebat masyarakat. Selain banyak alat elektronik rusak, kondisi ini membuat aktivitas warga dan perekonomian terganggu, pun menyulitkan umat muslim yang tengah menjalankan ibadah puasa.
Ambil contoh dilakukan Ibrahim. Dia sudah duduk di meja makan. Warga Malalayang I Barat, Kecamatan Malalayang ini bukan akan makan tengah malam —karena jarum jam sudah menunjukkan pukul 01.30 dini hari, Senin (7/9) kemarin. Tapi dia akan makan sahur.
“Terpaksa makan sahur lebih cepat karena sebentar lagi lampu akan padam. Soalnya, sudah beberapa hari ini tiap mendekati sahur, listrik mati,” kata alumnus Fakultas Hukum Unsrat. Namun belum lama, kira-kira 10 menit, dia menikmati santapan sahur, tiba-tiba lampu padam. “Ah, kenapa so lebih cepat?” ujarnya, spontan.
Tiba-tiba dia meraba-raba di sekelilingnya, mencari sesuatu. Yang dicari ketemu juga: handphone untuk menerangi sekeliling. Karena tidak cukup Ibrahim mencoba mencari lampu emergency. “Takut pasang lilin lantaran rawan kebakaran, apalagi sekarang anginnya cukup kencang,” ungkapnya, kemarin.
Pemadaman bergilir arus listrik oleh PLN memang sudah lebih parah. Selain sudah tak teratur, informasi jadwal pemadaman pun tak pernah ada. Biasanya sehari hanya sekali, namun beberapa hari terakhir ini sudah lebih banyak frekwensi dan lama pemadamannya.
“Biasa paling lama hanya dua jam padam. Selebihnya aman-aman saja,” kata Nur Indah, warga Malalayang. Untuk jalur dari Bahu, Malalayang, hingga Tateli, misalnya, mendapat jatah pemadaman pagi dari pukul 10.00 hingga 15.00, kemudian 24.00 hingga 03.00, dan pagi kena giliran lagi. Di Wonasa dan Tuminting pun lain. Yakni saat subuh sebelum umat muslim makan sahur, pagi sekitar pukul 08.00 dan siang hingga sore hari sekitar pukul 13.00-17.00.
Semakin sering pemadaman listrik yang dilakukan PLN, semakin tak terhitung dampak buruk yang ditimbulkan. Bukan hanya karena ketidaknyamanan, tapi juga banyaknya peralatan elektronik yang rusak. “Kalau saya kulkas, teman saya televisinya yang rusak. Soalnya, tidak ada pemberitahuan pemadaman,” protes Rudi Ahmad, warga Bahu.
Akibat pemadaman bergilir ini, beban industri di Sulut pun kian membengkak. Apalagi industri yang menggunakan mesin berbahan bakar solar, tingkat kerugian makin gemuk. “Kalau padam artinya harus menggunakan diesel. Ini berarti ada peningkatan biaya hingga 20 persen,” kata Plt Ketua Kadin Sulut, Ronny Lumempow.
Jika beban pengusaha bertambah maka kata Ronny, akan berdampak langsung bagi konsumen. ”Pengusaha kan tak ingin rugi jadi pasti harga produk dinaikkan untuk menutupi biaya yang tinggi itu,” tandasnya.
General Manager Swiss-belHotel Maleosan Denny Jatnika mengaku sudah siap dengan kemungkinan ini. ”Kita sudah siap kalau ada pemadaman, tapi memang konsekuensinya biaya membengkak,” ujarnya.
PLN Cabang Manado, ‘penguasa’ kelistrikan wilayah Manado, Minahasa, dan Bitung, memang memilih melakukan pemadaman bergilir ini. Kebijakannya adalah pemadaman selama 4 jam dan menyala selama 20 jam. “Ini dilakukan karena pasokan listrik dari pembangkit berkurang,’’ kata Kepala Cabang PLN Manado Ir Franky Mewengkang MA ketika berdialog dengan Dirut Manado Post Suhendro Boroma, di kantor koran ini, kemarin.
Dia mengakui, saat ini permukaan air di Danau Tondano setiap hari turun 1 centimeter (cm). Bahkan sampai kemarin, tingginya tinggal 216 cm. Padahal, normalnya harus mencapai 280 sampai 300 cm. ‘’Akibatnya PLTA Tonsea Lama, Tanggari I dan PLTA Tanggari II berkurang daya listriknya hingga 62,6 persen dari daya pasok normal (46-28,8 = 17,2 MW, red),’’ jelasnya.
Masalah lain juga adalah pasokan uap dari Pertamina Geothermal Lahendong, dari pipa uap pada sumur nomor 2 dan 3, untuk PLTP Lahendong III berhenti 100 persen karena bocor. “Kami sudah dua kali menyurat ke Pertamina. Tapi jawabannya pipa uap tersebut sementara diperbaiki tapi membutuhkan waktu selama satu bulan,’’ urainya.
Sementara pemadaman yang tidak normal, beberapa hari sejak Sabtu (5/9) diakui PLN Wilayah Suluttenggo. Deputi Humas PLN Suluttenggo, JW Dimpudus menjelaskan, selain masalah PLTA dan PLTP, juga karena suplai BBM Solar dari Pertamina ke PLTD Bitung, PLTD Lopana, dan PLTD Manado terlambat masuk. “Pemadaman terpaksa diperluas karena harus menghemat BBM, supaya ke depan pemadaman tidak terlalu parah,” katanya.
Manajer Area Pengatur dan Penyalur Beban (AP2B) Sektor Minahasa PLN Suluttengo, Herman Masola menjelaskan akibat terlambat pasokan BBM itu, daya yang dipadamkan mencapai 42 MW. Sebab, yang aktif hanya PLTP Lahendong 39 MW, PLTA 15 MW, dan PLTD Bitung hanya 11 MW. “Tapi informasinya BBM sore ini (kemarin, red) sudah mulai normal, sedang didistribusikan,” kata Masola, yang diiyakan Dimpudus, Humas PLN Suluttenggo.
Mewengkang menambahkan, jika (pipa uap untuk PLTP Lahendong III) tidak diatasi dengan cepat, dan ditambah lagi tidak turun hujan di daerah resapan air Danau Tondano, maka bisa saja aliran listrik hanya menyala selama 8 jam. ‘’Makanya, kami meminta maaf kepada masyarakat, terutama umat Muslim yang lagi menjalankan ibadah Puasa. Kami tetap berusaha untuk memperbaiki kekurangan ini,’’ imbuhnya.(irz/ily/tas/syl)
http://www.mdopost.com/
Post a Comment