07/11/2009 - 13:30
INILAH.COM, Surabaya - Jumlah penderita gizi buruk di RSUD Dr. Soewandhi Surabaya hingga akhir Oktober meningkat 72 persen dari 196 menjadi 269 pasien pada tahun ini.
Direktur RSUD Dr. M. Soewandhi, dr. Lilian Anggreny, di Surabaya, Sabtu, 7/11, mengatakan umumnya pasien gizi buruk datang ke RSUD Dr. M. Soewandhi bukan karena keluhan gizi buruk, namun ada penyakit lain, seperti radang paru-paru, TBC, demam tinggi, atau radang tenggorokan.
"Setelah kami periksa lebih lanjut, ternyata selain menderita radang paru-paru, mereka juga terkena gizi buruk. Umumnya, balita yang terkena gizi buruk datang dengan kondisi yang sudah sangat parah," katanya.
Hingga saat ini, jumlah balita yang meninggal karena gizi buruk sudah mencapai 14 anak, padahal sepanjang tahun 2008 hanya ada lima balita.
Kurangnya perhatiaan orang tua pada buah hati mereka dipandang sebagai salah satu penyebab meningkatnya kasus gizi buruk di Surabaya.
"Mayoritas penderita gizi buruk, orang tuanya bermata pencaharian
tidak tetap, ada yang bekerja sebagai penjual di pasar, tukang rombeng, anak nelayan, atau tukang jahit sepatu," katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya dr. Esty Martiana Rachmie, mengatakan kurangnya kesadaran masyarakat terhadap kasus gizi buruk saat ini telah menjadi fokus utama dari kegiatan Dinas Kesehatan Kota Surabaya.
Untuk mengurangi penderita gizi buruk di Surabaya, Dinas Kesehatan Kota Surabaya, akan membentuk sebuah tim khusus dari kelurahan untuk menyelidiki kasus gizi buruk di setiap wilayah di Surabaya.
"Tim ini nanti akan memantau perkembangan kasus gizi buruk di wilayah kami," katanya.
Ia juga mengatakan, seringkali jika orang tua balita gizi buruk diberikan bantuan berupa makanan sehat, maka mereka bukan memberikannya pada si anak sebagai asupan gizi, namun dialihkan kepada orang lain
"Bahkan malah ada yang menjual kembali makanan tersebut," katanya. [*/lia]
http://www.inilah.com/berita/gaya-hidup/2009/11/07/177911/gizi-buruk-di-surabaya-meningkat-72-persen/
Post a Comment