Kamis, 12 November 2009 | 09:00 WIB
TEMPO Interaktif, Kediri - Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Kediri Sri Suparmi mewaspadai penularan penyakit sapi ngorok pada hewan Kurban. Penyakit ini banyak ditemukan pada sapi yang dipelihara di daerah aliran sungai.
Sri Suparmi menjelaskan, selain penyakit kuku mulut dan mata merah atau pink eye, penyakit ngorok menjadi ancaman terbesar bagi hewan ternak sapi. Penyakit ini bisa membuat sapi mengeluarkan suara parau seperti orang mengorok. “Kami menyebutnya dengan istilah septisemi epizootica atau SE,” kata Sri Suparmi kepada Tempo, Kamis (12/11).
Penyakit ini menurut dia disebabkan kuman yang menyebar melalui perantara air. Biasanya penyakit ini kerap menyerang sapi-sapi yang dipelihara di daerah aliran sungai. Bahkan ternak yang hanya dimandikan di air sungai pun tidak luput dari ancaman ini.
Meski tidak mempengaruhi kualitas daging, Dinas Peternakan menganggap perlu melakukan vaksin khusus kepada mereka. Saat ini pemerintah Kabupaten Kediri telah memvaksin 1.100 ekor sapi dari 86.000 populasi ternak yang ada. Ditargetkan pemberian suntikan ini tuntas sebelum pelaksanaan Hari Raya Kurban. Sri Suparmi juga menegaskan jika penyakit ini tidak menular kepada manusia dan masih aman untuk dikonsumsi.
Komari, 65, salah satu peternak sapi di Desa Badal, Kecamatan Ngadiluwih, Kabupaten Kediri membenarkan keberadaan penyakit itu. Menurut dia wabah ini kerap melanda pada musim hujan. Sapi yang terinfeksi akan kehilangan nafsu makan. “Jika dibiarkan tak makan mereka bisa mati,” katanya.
Dia berharap pemerintah tidak hanya memberikan vaksin kepada binatang Kurban yang dijajakan di pinggir jalan. Sebab ancaman serupa juga dialami para peternak yang memelihara sapi untuk kebutuhan industri dan perumahan.
HARI TRI WASONO
http://www.tempointeraktif.com/hg/nusa/2009/11/12/brk,20091112-207901,id.html
Post a Comment