Gerakan Konsumen Indonesia
The only thing necessary for the triumph of evil is for good men to do nothing. (Kejahatan hanya bisa terjadi ketika orang baik tidak berbuat apa-apa). ---Edmund Burke

Penderita Komplikasi Kanker Menunggu Dermawan

Selasa, 29/12/2009 14:19 WIB

Yurisman Malalak - Padang Ekspres

Penderitaan yang dialami oleh One Asnah (78) warga Mangguang Kecamatan Pariaman Utara Kota Pariaman memang sangat memprihatinkan. Pasalnya, di usianya yang beranjak senja, praktis saat ini dia lebih sering terbaring karena sakit yang dialaminya.

Yang sangat memprihatinkan, sakit yang dideritanya bukan hanya sekadar gejala penyakit biasa, layaknya penyakit yang dialami oleh mereka yang telah tergolong telah lanjut usia. Melainkan sejenis kanker tulang dan paru yang berawal dari penyakit kanker kulit yang dideritanya.

Lebih mengenaskan lagi, One Asnah juga tidak bisa berharap banyak dari uluran tangan dari sanak keluarganya. Satu satunya yang menjadi tumpuan hidupnya hanyalah anaknya bernama Asnimar alias Upik (42). Hanya saja Asnimar sendiri juga seolah tidak dapat menolak takdir dirinya. Selain mengalami lumpuh yang membuatnya harus bergantung pada kursi roda tua miliknya, iapun juga saat ini harus menerima kenyataan lain, mengidap komplikasi penyakit asma dan jantung. Bahkan, satu tangannya juga tidak lagi berfungsi.

"Kalau dulu lai juolah awak mancari saketek sambia manjaik di rumah, jadi awak masih bisa mambalikan ubek untuak amak, tapi kini awak lah sakik lo, baitu pulo tangan awak nan sabalah indak pulo bisa difungsikan (kalau dulu masih bisa mencari sedikit, jadi masih bisa beli obat tapi kini sudah sakit, tangan saya sebelah tak bisa difungsikan)," ujar Asnimar.

One Asnah, kondisinya terlihat begitu memprihatinkan. Tubuhnya yang terlihat kurus nyaris tidak bisa berbuat apa apa. Bahkan untuk sekadar berjalan ia terlihat begitu kesulitan. Tidak hanya itu, bahkan untuk sekadar berbicara pun ia tampak begitu kesulitan. Malahan, sesekali ia tampak meringis menahan rasa sakit yang dideritanya.

Tidak kalah mengenaskan nasib anaknya Upik, juga hanya terlihat pasrah duduk kursi roda yang selalu setia menemaninya sehari-hari. Yang mengenaskan, kursi roda itupun tampak sudah cukup tua. Dengan nada menghiba Upik menceritakan, ibunya, One Asnah sebelumnya bekerja sebagai tukang cabut benih di sawah warga yang ada di daerah itu. Dari hasil itulah ia bisa melanjutkan ekonomi keluarga. Namun seiring usianya yang semakin menua, iapun nyaris tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Terlebih setelah kakinya sempat mengalami patah tulang setelah terjatuh saat berjalan di pelataran rumahnya.

Sejak saat itulah praktis sejak peristiwa itu hanya dialah satu satunya tumpuan bagi orang tuanya. Tapi lagi lagi dia harus menerima kenyataan pahit, akibat gejala asma yang dialaminya membuat dirinya tidak lagi berdaya, sehingga usaha menjahit yang ditekuninya terhenti di tengah jalan.

"Itulah makonyo kini awak tapaso mangadu ka kantua desa lai, sebab indak mungkin bisa rasonyo lai awak manangguang biaya sehari hari, tamasuak biaya barubek kami baduo (Itulah sebabnya kini kami terpaksa mengadu ke kantor desa, sebab tak sanggup menanggung biaya sehari-hari kami berdua)," ujarnya dengan nada lirih.

Dari itulah dia sangat berharap, kiranya ada pihak dermawan atau relawan yang mau membantu mengatasi kesulitan yang dialaminya saat ini. Baik itu untuk membantu biaya pengobatan maupun untuk menunjang kelangsungan ekonomi keluarganya sehari-hari. Iapun tak luput berharap, kiranya pihak Dinas Sosial Pemko Pariaman maupun Pemprov Sumbar bisa membantu menyantuni penderitaan yang dialaminya sekeluarga.

Karena untuk berharap dari bantuan sanak saudara jelas dia tidak bisa berharap banyak, karena keluarganya sendiri juga tergolong ekonomi kurang mampu. Belum lagi saat gempa saat gempa tanggal 30 September 2009 lalu, rumah kediaman One Asnah juga ikut mengalami kerusakan. Bagian dapur rumahnya sempat porakporanda akibat terkena gempa.

Upik menyebutkan, gejala penyakit yang dialami ibunya, One Asnah dipicu dari kebiasaannya yang terlalu sering berendam dalam genangan air di sawah yang bercampur dengan pestisida. Hal itu berakibat kulitnya sempat melepuh akibat terkena gejala kanker kulit. Belakangan, gejala penyakit yang dialaminya berefek timbulnya gejala penyakit lain, seperti kanker tulang dan paru. Tak ayal saat rasa sakit itu tiba One Asnah pun mengalami rasa sakit yang tak terperikan.

Kepala Desa Mangguang, Faisal dan Kepala Dusun II Desa Mangguang, Jaili yang masih tergolong kerabat One Asnah didampingi Sekretaris Desa Mangguang Syafrinur tak urung mengharapkan perhatian semua pihak, sehingga kesulitan yang dialami oleh keluarga Asnah bisa segera teratasi.

"Kalau sebelumnya, One Asnah dan anaknya Upik masih bisa bekerja, tapi kini One usia One Asnah telah begitu lanjut sehingga sering terbaring sakit-sakitan. Begitu pula anaknya Upik yang diharapkan menjadi tumpuan ekonomi keluarganya kini kondisi kesehatannya juga tidak mendukung, lagi pula kedua kakinya sudah tidak ada, sehingga hanya mengandalkan kursi roda," terang Faisal yang diamini oleh Jaili.

Adakah yang akan mendengar keluhan keluarga One Asnah, yang jelas tidak berbeda dengan warga lainnya, One Asnah maupun Upik tentunya tetap memiliki harapan bahkan impian. Kiranya suatu saat ada pihak yang bersedia mengulurkan tangan untuk membantu meringankan penderitaan yang mereka alami.

Dan adakah keluhan derita keduanya akan ada yang mendengar termasuk para petinggi negeri ini yang mengaku peduli dengan rakyat miskin seperti One Asnah dan Upik, jawabnya mungkin hanya waktu yang akan menentukan. (*)

http://www.padang-today.com/?today=news&id=12359
0 comments:

Post a Comment

Selamat Datang

Blog ini diproyeksikan untuk menjadi media informasi dan database gerakan konsumen Indonesia. Feed-back dari para pengunjung blog sangat diharapkan. Terima kasih.

Followers


Labels

Visitors

You Say...

Recent Posts