Rabu, 02 Desember 2009 | 12:28 WIB
TEMPO Interaktif, Denpasar - Penyebaran virus HIV di Bali cenderung mengarah ke masyarakat pedesaan. Hal itu terkait makin banyaknya kafe remang-remang yang merambah ke pedesaan.
Koordinator Program Komisi Penanggulangan AIDS Daerah (KPAD) Bali Yahya Anshori mengatakan cewek-cewek kafe seringkali berprofesi ganda sebagai wanita pekerja seksual (WPS).
"Mereka belum mempraktekkan seks aman dengan menggunakan kondom saat melayani tamu-tamunya," ujarnya, Rabu (2/12).
Penyebaran kafe-kafe itu sulit dibendung karena mendapat izin dari pemerintah kabupaten dan bekerja sama dengan pihak desa. Aspek yang dilihat hanya dari sisi keuntungan ekonomi, sementara bahaya dari aspek kesehatan masyarakat kurang diwaspadai.
Pihak KPAD berusaha bersama Dinas Kesehatan kabupaten untuk melakukan penjangkauan terhadap para cewek kafe itu. Khususnya dengan membangun jaringan Kader Desa Peduli AIDS (KDPA).
Para cewek kafe yang berprofesi ganda akan diminta untuk mempraktekkan penggunaan kondom dan memeriksakan diri. "Kita dorong mereka untuk melakukan tes HIV," ujarnya.
Berdasarkan penelitian KPAD (KPAD), peningkatan penularan HIV/AIDS melalui wanita pekerja seks (WPS) di Bali dalam satu tahun terakhir mencapai 20 persen. Kondisi ini lebih buruk dari tahun sebelumnya yang mencapai 18 persen.
Anshori mengatakan peningkatan penularan HIV/AIDS melalui wanita pekerja seks juga terjadi akibat rendahnya kesadaran pelanggan menggunakan kondom. Dari hasil survei KPAD Bali tingkat kesadaran penggunaan kondom hanya mencapai 40 persen.
Jumlah kasus HIV/AIDS di Bali hingga Agustus 2009 mencapai 3.000 kasus. 66 persen di antaranya adalah akibat penularan melalui hubungan seksual dan 23 persen penularannya melalui penggunaan jarum suntik yang tidak steril.
ROFIQI HASAN
http://www.tempointeraktif.com/hg/nusa/2009/12/02/brk,20091202-211430,id.html
Post a Comment