Gerakan Konsumen Indonesia
The only thing necessary for the triumph of evil is for good men to do nothing. (Kejahatan hanya bisa terjadi ketika orang baik tidak berbuat apa-apa). ---Edmund Burke

Lugo, Asa Rakyat Miskin Paraguay


Fernando Armindo Lugo Mendez

Kalau hanya mengandalkan penampilan, Fernando Lugo (56) sebenarnya tidak akan terpilih sebagai Presiden Paraguay. Rambut dan jenggot yang mulai beruban. Kacamata berbingkai besi keluaran lama yang jauh dari menarik. Apalagi, mantan Uskup Katolik ini lebih banyak tampil di depan umum hanya mengenakan sandal.
Kenyataannya, 41 persen dari pemilih Paraguay hari Minggu (20/4) memberikan suara bagi Lugo. Sebagian besar dari 2,8 juta pemilih menaruh harapan ada perubahan di Paraguay di pundak Lugo. Perubahan itu adalah keluar dari garis kemiskinan yang menjerat 43 persen dari 6,5 juta penduduk negara itu. Hampir 4 dari 10 penduduk Paraguay miskin.
Para pemilih tidak melihat ada harapan perbaikan dari Partai Colorado, yang sejak tahun 1947 mendapat kepercayaan memimpin Paraguay. Selama 61 tahun kekuasaan itu, selain 43 persen penduduk miskin, angka pengangguran mencapai 13 persen. Ada 300.000 petani tanpa lahan. Jumlah warga buta huruf sangat memprihatinkan.
Sekalipun Lugo berpenampilan sangat sederhana dan jauh dari simpatik, rakyat Paraguay menaruh asa padanya. Padahal, Aliansi Patriotik bagi Perubahan yang merupakan koalisi petani miskin, serikat buruh, dan partai politik tradisional itu baru terbentuk delapan bulan lalu. Lugo juga belum punya pengalaman di pemerintahan. ”Kami merasa baik, kami bahagia bersama rakyat, dengan sikap mereka. Ini adalah rakyat yang akan membangun sebuah demokrasi yang kami, orang Paraguay, kehendaki,” ujar Lugo setelah dinyatakan menang.
Lugo menjadi pelipur lara bagi sebagian besar pemilih Paraguay yang putus asa. Penampilan karismatik dengan kalimat-kalimat pendek menghibur memberikan rasa aman sedikitnya untuk sementara ini. ”Hari ini, Anda semua sudah memutuskan, berbicara melalui pemilu,” ujarnya menegaskan kepada pendukungnya. ”Anda telah memutuskan apa yang harus dilakukan di Paraguay, Anda telah memutuskan untuk membebaskan Paraguay, terima kasih,” ujar Lugo.
Intinya, dengan memilih dirinya, berarti rakyat juga harus konsekuen mendukung apa yang akan dilakukan bagi perubahan di Paraguay. Suatu ungkapan dari Lugo bahwa membalik keadaan tidak seperti pekerjaan mengedipkan mata. Perlu proses, perlu pengorbanan. Harus ada saling pengertian.
Lugo juga buru-buru menegaskan bahwa dia adalah orang bebas. Dia tidak ingin menyebutkan dirinya ”kiri” atau disamakan dengan para pemimpin Amerika Latin lainnya yang kiri radikal seperti Presiden Venezuela Hugo Chavez.
”Chavez berlatar belakang militer. Saya berlatar belakang religius,” ujar Lugo yang baru memerintah setelah 15 Agustus. Sebuah penjelasan untuk memastikan bahwa Paraguay tidak akan radikal sebagaimana negara Amerika Latin lainnya yang langsung memasang sikap anti terhadap negara tertentu.

Kampanye kemiskinan
Bahwa biarawan penganut ”Teologi Pembebasan” ini memberikan harapan, karena sejak awal punya misi mengentaskan kemiskinan. Kemiskinan sudah menjadi bagian dari dirinya. Semasa menjadi uskup tahun 1994 di San Pedro, Lugo berhadapan dengan sebagian besar umatnya yang hidup di bawah garis kemiskinan. Dia langsung mengklaim dirinya sebagai ”Uskup bagi Kaum Miskin”.
Akan tetapi, dengan status uskup, Lugo tidak bisa berbuat banyak dalam mengatasi kemiskinan, selain hanya berdoa dan memberikan dorongan moril. Padahal, kemiskinan hanya bisa diatasi dengan perbuatan nyata, dengan mengatasi penyebab kemiskinan itu.
Januari 2005, Lugo memilih menanggalkan jabatan uskup. ”Saya tidak berdaya membantu rakyat miskin,” ujarnya dengan statusnya itu. Vatikan hanya menangguhkan tugas-tugasnya sebagai seorang pastor, seperti mempersembahkan misa dan memberikan sakramen.
Sejak itu, Lugo mulai aktif berkampanye mengatasi kemiskinan. Dikatakan, korupsi para elite yang berkuasa di Paraguay selama 61 tahun ini telah membenamkan rakyat ke dalam kemiskinan yang akut.
Lugo juga menyebutkan ketidaksetaraan sebagai sumber lain penyebab kemiskinan. Dia mulai menggalang kekuatan untuk melakukan reformasi agraria. Sebagian besar tanah pertanian dan peternakan dikuasai para elite. Kemiskinan bisa dicabut dari petani apabila mereka memiliki lahan sendiri.
Lugo melakukan debut politik Maret 2006 saat dia memimpin aksi protes 40.000 orang atas Presiden Nicanor Duarte. Aksi protes menentang kekuasaan Partai Colorado menuai sukses. Akumulasi suara oposisi terus bertambah dan puncaknya saat menang pada pemilu.
Darah politik Lugo datang dari ayahnya. Lahir dengan nama Fernando Armindo Lugo Méndez pada 30 Mei 1951 di San Pedro del Parana, Lugo berasal dari keluarga yang tidak terlalu religius. Ayahnya jarang ke gereja, tetapi seorang politikus. Pamannya, Epifanio Menes Fleitas, adalah seorang anggota Partai Colorado yang membelot.
Sang ayah menghendaki Lugo kecil menjadi pengacara. Tetapi, pada usia 19 tahun dia masuk seminari dan ditahbiskan menjadi imam Katolik tahun 1977. Dia lantas dikirim ke Ekuador selama lima tahun, di mana dia mempelajari Teologi Pembebasan yang sedang hangat di sana.
Teologi yang mengajarkan bahwa Tuhan itu berpihak kepada orang-orang yang tertindas membuat Lugo bersimpati kepada politik praktis. Kini saatnya Lugo mempratikkannya langsung sebagai Presiden Paraguay.

By: Pieter P Gero
Source: www.kompas.com, 23 April 2008

0 comments:

Post a Comment

Selamat Datang

Blog ini diproyeksikan untuk menjadi media informasi dan database gerakan konsumen Indonesia. Feed-back dari para pengunjung blog sangat diharapkan. Terima kasih.

Followers


Labels

Visitors

You Say...

Recent Posts