Inspirasi Ayat Quran, Laut yang Berapi
Lima peneliti dari kampus Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) menghadirkan temuan yang bisa menjadi embrio untuk mengatasi kelangkaan bahan bakar minyak (BBM). Sebuah hasil penelitian yang mereka lakukan selama lima tahun mereka sampaikan ke hadapan publik, Kamis (14/2) lalu. Mereka menyebutnya bahan bakar dari air atau hydrofuel. Atau dalam bahasa lokal mereka mematenkannya dengan nama Banyugeni.
Kelima peneliti UMY itu adalah Drs Purwanto, Ir Bledug Kusuma Prasadja MT, Ir Tony K Haryadi MT, Ir Lilik Utari MS, dan Dra Nike Triwahyuningsih MP. Bagaimana Banyugeni ini ditemukan, apa saja kemungkinan-kemungkinan yang bisa dilakukan ke depan, wartawan Radar Jogja Laila Rochmatin berkesempatan mewancarai salah satu dari lima peneliti. Berikut hasil wawancara dengan Dra Nike Triwahyuningsih didampingi ketiga peneliti lain.
Sebelumnya saya mengucapkan selamat atas pretasi yang diraih. Bisa diceritakan sehingga muncul ide untuk meneliti air sebagai bahan baku bahan bakar?
Terima kasih. Ini semua berkat kerjasama dan kesolidan tim peneliti di Pusat Studi Pengembangan Energi Regional (PUSPER) UMY. Di lembaga tersebut kami selalu melakukan penelitian dengan berbagai objek.
Terkait dengan ide menjadikan air sebagai bahan baku pembuatan bahan bakar merupakan salah satu bentuk amalan terhadap ayat suci Alquran. Seperti disebutkan dalam surat At Thur ayat 6 yang berbunyi “Perhatikan laut yang berapi dan Surat Al Anbiya ayat 30 “…..dan kami jadikan dari air segala sesuatu hidup, dan surat At Takwir ayat 6 “Dan apabila laut dipanaskan.” Dari ayat Alquran-lah kami terinspirasi untuk meneliti air sebagai bahan baku pembuatan bahan bakar. Dan tentunya ditambahi ilmu pengetahuan alam yang kami miliki sebagai landasan berpikir secara kimiawi.
Apa awalnya ada kegelisahan tentang ancaman krisis bahan bakar di dunia?
Itu sudah pasti. Kita semua tahu kalau saat ini seluruh masyarakat dunia dihadapkan pada kenyataan semakin menipisnya bahan bakar dari minyak bumi. Bagaimananpun bahan bakar dari fosil lama-kelamaan akan habis. Dari waktu ke waktu bahan bakar dari minyak bumi dan batu bara semakin sulit diperoleh. Padahal konsumsinya terus meningkat seiring pertambahan jumlah penduduk dan teknologi. Akibatnya terjadi lonjakan harga bahan bakar minyak bumi. Bahkan harga minyak bumi mentah pernah mencapai USD 100 per barel. Realitas seperti yang menginspirasi kami sebagai akademisi untuk membuat alternatif solusi. Menciptakan bahan bakar dengan bahan baku nonminyak. Karena bagaimana pun penemuan seperti ini akan bermanfaat bagi orang banyak. Kenyataan lain juga membuktikan penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM) menyisakan emisi gas yang sangat berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan. Dan tentang ini juga menjadi pembahasan serius di KTT perubahan iklim di Bali beberapa waktu lalu.
Sebagai akademisi yang memiliki tanggungjawab sosial kepada masyarakat, kami berupaya untuk melakukan eksplorasi terhadap sumber bahan bakar baru. Dan terciptalah bahan bakar berbahan baku dari air.
Kenapa air bisa menjadi bahan baku bahan bakar?
Sebelumnya kami terlebih dahulu melakukan kajian ilmiah terhadap air. Secara struktur molekuler air terdiri dari hidrogen dan oksigen. Hidrogen tidaknya hanya memiliki sifat menyala (api) tetapi juga meledak. Sedangkan oksigen secara kimiawi memiliki peran sebagai reaktor pembakaran. Tanpa ada oksigen tidak mungkin ada api. Untuk itu bisa disimpulkan secara hakekat air adalah api. Ini sebenarnya hasil kajian ilmiah kami yang menjadi landasan penemuan bahan bakar berbahan baku dari air. Banyugeni ini sudah memalui proses kajian ilmiah yang mendalam.
Jenis air apa saja yang bisa dimanfaatkans ebagai bahan baku bahan bakar?
Air laut juga bisa dibuat sebagai hydrofuel. Hanya saja perlu dilakukan proses tertentu agar air laut menjadi tawar. Prinsipnya yang dipakai adalah air tawar. Kalau air tanah bisa juga sih. Tetapi terkadang ada kekhawatiran bisa mengganggu hasil penelitian.
Apa ada campuran reagen tertentu agar air bisa menjadi minyak?
Tentu ada campurannya. Bukan hanya air saja. Tetapi saya tidak bisa matur untuk soal ini. Prinsipnya ada beberapa perlakuan agar air bisa memiliki sifat seperti minyak. Memberikan bahan lain agar air bisa menyala seperti minyak. Agar air bisa menjadi minyak maka harus diperlakukan seperi keadaan minyak. Untuk menghasilkan hydrofuel digunakan teknologi mekanotermal elektrokemis. Yakni mencakup empat macam proses yakni mekanik (gerak), thermal (panas), listrik, dan kimiawi.
Perpaduan keempat proses dengan bahan baku air yang sangat natural akan menghasilkan beberapa produk bahan bakar minyak yang ramah lingkungan dan tidak menimbulkan polusi udara. Hydrofuel Banyugeni memiliki varian produk berupa Hydro kerosene (setara minyak tanah), Hydro diesel (setara solar), Hydro premium (setara bensin), dan Hydro avtur (setara bahan bakar jet). Ke depan akan dikembangkan pula varian produk lain yang mempunyai keunggulan lebih dari varian yang ada saat ini.
Apa bedanya hydrofuel Banyugeni dengan bahan bakar dari fosil?
Oh, sangat berbeda. Kandungan unsure dan sifat bahan bakar minyak yang sudah diolah pada Banyugeni sangat memungkinkan untuk dipergunakan pada mesin tanpa mengubah atau memodifikasi komponen. Hasil ujicoba menunjukkan Hydro kerosene dapat langsung digunakan untuk menyalakan kompor minyak tanah, lampu minyak atau petromaks. Hydrodiesel dapat langsung dipergunakan pada mesin diesel atau mobil dengan bahan bakar solar, dan Hydropremium dapat langsung diogunakan pada mobil atau sepeda motor. Produk ini sudah diujicobakan di PT CoreLab Indonesia, sebuah laboratorium internasional yang independen.
Hasilnya secara menyakinkan menunjukkan bahwa keempat varian Banyugeni telah memenuhi standar dirjen migas. Pada saat launching, Rektor UMY Khoiruddin Bashori dan Bupati Bantul Idham Samawi telah membuktikan Hydrofuel Banyugeni bisa menjalankan mesin motor dan diesel secara langsung.
Apa kelebihannya dibandingkan bahan bakar minyak?
Hasil pengujian menunjukkan Hydropremium sangat tidak korosif atau tidak menyebabkan karat. Karena skala copper strip corrosion 1a. Banyugeni juga terbukti tidak meninggalkan residu karena hanya berkisar 0,5 persen volume dari maksimal 2,0 persen volume yang diizinkan.
Selain itu yang lebih penting bagi lingkungan, Hydrofuel sangat rendah mengandung bahan pencemar berupa emisi. Kandungan sulfur hanya 0,03 % wt dari maksimal 0,05 % wt yang diizinkan. Kandungan timbal (Pb) hampir nol dari angka maksimal 0,013 yang diizinkan. Pada pengujian terhadap pesawat aeromedeling, bahan bakar ini ternyata cukup bagus dan memberikan rpm kurang dari 16.000.
Sudahkan dujicobakan pada pesawat?
Tentu. Bahkan untuk Hydroavtur juga tidak bersifat korosif dan beremisi rendah. Total sulfur hanya 10 persen dari maksimal yang dipersyaratkan. Hydroavtur juga tidak mudah membeku (freezing point kurang dari 45 derajat celcius). Dari pengujian terhadap pesawat aeromodeling bahan bakar ini dapat digolongkan sebagai bahan bakar jet. Untuk penggunaan sebagai jet fuel, Hydroavtur sangat istimewa karena bersifat dingin. Sebagai Hydrokerosene, Hydrofuel tidak meninggalkan jelaga yang berlebihan pada lampu petromaks.
Berapa lama waktu untuk menghasilkan Banyugeni?
Kami sudah melakukan penelitian ini cukup lama. Yakni sejak tahun 2003. kami berlima tanpa patah semangat terus bekerja di laboratorium. Dan ke depan kami juga akan berusaha menghasilkan penemuan lain.
Dari segi biaya produksi lebih murah mana antara bahan bakar dari air dan fosil?
Kami belum mengetahui secara pasti. Kami belum pernah melakukan komparasi. Tetapi kalau diproduksi secara massal jauh akan lebih murah. Terutama untuk kalangan industri bahan bakar dari air ini akans angat membantu.
Apakah sudah ada pengusaha yang melirik penemuan ini?
Belum ada. Karena penelitian ini baru skala laboratoirum. Perlu ada penelitian lanjutan agar Hydrofuel Banyugeni ini bisa dimanfaatkan secara massal. Tetapi kami senang karena pemda Bantul sangat merespons hasil penelitian ini. Tentunya, karena jika ini dikembangkan akan sangat bermanfaat bagi masyarakat.
Kalau Lumpur Lapindo apakah bisa dijadikan sebagai bahan baku?
Oh ya, lumpur Lapindo sangat bisa dijadikan sebagai bahan baku bahan bakar karena sifatnya yang mendekati sifat minyak. Sayang, pemerintah tidak merespons hal ini. Jika direspons, tentu akan sangat membantu masyarakat. Baik korban maupun masyarakat lain.
Apa yang akan dilakukan ke depan?
Kami menginginkan penelitian akan dikembangkan tidak saja pada level laboratorium namun juga level industri. Sehingga mampu memenuhi kebutuhan energi di sektor transportasi, industri dan rumah tangga dengan harga yang murah. Implikasi pengembangan produk ini sangat luas. Seperti pengurangan beban beaya produksi semua sektor dan secara langsung akan menghemat anggaran negara untuk subsidi BBM. Semoga pemerintah akah merespons penelitian ini.***
Source: Radar Jogja, 18 Feb 2008
Lima peneliti dari kampus Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) menghadirkan temuan yang bisa menjadi embrio untuk mengatasi kelangkaan bahan bakar minyak (BBM). Sebuah hasil penelitian yang mereka lakukan selama lima tahun mereka sampaikan ke hadapan publik, Kamis (14/2) lalu. Mereka menyebutnya bahan bakar dari air atau hydrofuel. Atau dalam bahasa lokal mereka mematenkannya dengan nama Banyugeni.
Kelima peneliti UMY itu adalah Drs Purwanto, Ir Bledug Kusuma Prasadja MT, Ir Tony K Haryadi MT, Ir Lilik Utari MS, dan Dra Nike Triwahyuningsih MP. Bagaimana Banyugeni ini ditemukan, apa saja kemungkinan-kemungkinan yang bisa dilakukan ke depan, wartawan Radar Jogja Laila Rochmatin berkesempatan mewancarai salah satu dari lima peneliti. Berikut hasil wawancara dengan Dra Nike Triwahyuningsih didampingi ketiga peneliti lain.
Sebelumnya saya mengucapkan selamat atas pretasi yang diraih. Bisa diceritakan sehingga muncul ide untuk meneliti air sebagai bahan baku bahan bakar?
Terima kasih. Ini semua berkat kerjasama dan kesolidan tim peneliti di Pusat Studi Pengembangan Energi Regional (PUSPER) UMY. Di lembaga tersebut kami selalu melakukan penelitian dengan berbagai objek.
Terkait dengan ide menjadikan air sebagai bahan baku pembuatan bahan bakar merupakan salah satu bentuk amalan terhadap ayat suci Alquran. Seperti disebutkan dalam surat At Thur ayat 6 yang berbunyi “Perhatikan laut yang berapi dan Surat Al Anbiya ayat 30 “…..dan kami jadikan dari air segala sesuatu hidup, dan surat At Takwir ayat 6 “Dan apabila laut dipanaskan.” Dari ayat Alquran-lah kami terinspirasi untuk meneliti air sebagai bahan baku pembuatan bahan bakar. Dan tentunya ditambahi ilmu pengetahuan alam yang kami miliki sebagai landasan berpikir secara kimiawi.
Apa awalnya ada kegelisahan tentang ancaman krisis bahan bakar di dunia?
Itu sudah pasti. Kita semua tahu kalau saat ini seluruh masyarakat dunia dihadapkan pada kenyataan semakin menipisnya bahan bakar dari minyak bumi. Bagaimananpun bahan bakar dari fosil lama-kelamaan akan habis. Dari waktu ke waktu bahan bakar dari minyak bumi dan batu bara semakin sulit diperoleh. Padahal konsumsinya terus meningkat seiring pertambahan jumlah penduduk dan teknologi. Akibatnya terjadi lonjakan harga bahan bakar minyak bumi. Bahkan harga minyak bumi mentah pernah mencapai USD 100 per barel. Realitas seperti yang menginspirasi kami sebagai akademisi untuk membuat alternatif solusi. Menciptakan bahan bakar dengan bahan baku nonminyak. Karena bagaimana pun penemuan seperti ini akan bermanfaat bagi orang banyak. Kenyataan lain juga membuktikan penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM) menyisakan emisi gas yang sangat berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan. Dan tentang ini juga menjadi pembahasan serius di KTT perubahan iklim di Bali beberapa waktu lalu.
Sebagai akademisi yang memiliki tanggungjawab sosial kepada masyarakat, kami berupaya untuk melakukan eksplorasi terhadap sumber bahan bakar baru. Dan terciptalah bahan bakar berbahan baku dari air.
Kenapa air bisa menjadi bahan baku bahan bakar?
Sebelumnya kami terlebih dahulu melakukan kajian ilmiah terhadap air. Secara struktur molekuler air terdiri dari hidrogen dan oksigen. Hidrogen tidaknya hanya memiliki sifat menyala (api) tetapi juga meledak. Sedangkan oksigen secara kimiawi memiliki peran sebagai reaktor pembakaran. Tanpa ada oksigen tidak mungkin ada api. Untuk itu bisa disimpulkan secara hakekat air adalah api. Ini sebenarnya hasil kajian ilmiah kami yang menjadi landasan penemuan bahan bakar berbahan baku dari air. Banyugeni ini sudah memalui proses kajian ilmiah yang mendalam.
Jenis air apa saja yang bisa dimanfaatkans ebagai bahan baku bahan bakar?
Air laut juga bisa dibuat sebagai hydrofuel. Hanya saja perlu dilakukan proses tertentu agar air laut menjadi tawar. Prinsipnya yang dipakai adalah air tawar. Kalau air tanah bisa juga sih. Tetapi terkadang ada kekhawatiran bisa mengganggu hasil penelitian.
Apa ada campuran reagen tertentu agar air bisa menjadi minyak?
Tentu ada campurannya. Bukan hanya air saja. Tetapi saya tidak bisa matur untuk soal ini. Prinsipnya ada beberapa perlakuan agar air bisa memiliki sifat seperti minyak. Memberikan bahan lain agar air bisa menyala seperti minyak. Agar air bisa menjadi minyak maka harus diperlakukan seperi keadaan minyak. Untuk menghasilkan hydrofuel digunakan teknologi mekanotermal elektrokemis. Yakni mencakup empat macam proses yakni mekanik (gerak), thermal (panas), listrik, dan kimiawi.
Perpaduan keempat proses dengan bahan baku air yang sangat natural akan menghasilkan beberapa produk bahan bakar minyak yang ramah lingkungan dan tidak menimbulkan polusi udara. Hydrofuel Banyugeni memiliki varian produk berupa Hydro kerosene (setara minyak tanah), Hydro diesel (setara solar), Hydro premium (setara bensin), dan Hydro avtur (setara bahan bakar jet). Ke depan akan dikembangkan pula varian produk lain yang mempunyai keunggulan lebih dari varian yang ada saat ini.
Apa bedanya hydrofuel Banyugeni dengan bahan bakar dari fosil?
Oh, sangat berbeda. Kandungan unsure dan sifat bahan bakar minyak yang sudah diolah pada Banyugeni sangat memungkinkan untuk dipergunakan pada mesin tanpa mengubah atau memodifikasi komponen. Hasil ujicoba menunjukkan Hydro kerosene dapat langsung digunakan untuk menyalakan kompor minyak tanah, lampu minyak atau petromaks. Hydrodiesel dapat langsung dipergunakan pada mesin diesel atau mobil dengan bahan bakar solar, dan Hydropremium dapat langsung diogunakan pada mobil atau sepeda motor. Produk ini sudah diujicobakan di PT CoreLab Indonesia, sebuah laboratorium internasional yang independen.
Hasilnya secara menyakinkan menunjukkan bahwa keempat varian Banyugeni telah memenuhi standar dirjen migas. Pada saat launching, Rektor UMY Khoiruddin Bashori dan Bupati Bantul Idham Samawi telah membuktikan Hydrofuel Banyugeni bisa menjalankan mesin motor dan diesel secara langsung.
Apa kelebihannya dibandingkan bahan bakar minyak?
Hasil pengujian menunjukkan Hydropremium sangat tidak korosif atau tidak menyebabkan karat. Karena skala copper strip corrosion 1a. Banyugeni juga terbukti tidak meninggalkan residu karena hanya berkisar 0,5 persen volume dari maksimal 2,0 persen volume yang diizinkan.
Selain itu yang lebih penting bagi lingkungan, Hydrofuel sangat rendah mengandung bahan pencemar berupa emisi. Kandungan sulfur hanya 0,03 % wt dari maksimal 0,05 % wt yang diizinkan. Kandungan timbal (Pb) hampir nol dari angka maksimal 0,013 yang diizinkan. Pada pengujian terhadap pesawat aeromedeling, bahan bakar ini ternyata cukup bagus dan memberikan rpm kurang dari 16.000.
Sudahkan dujicobakan pada pesawat?
Tentu. Bahkan untuk Hydroavtur juga tidak bersifat korosif dan beremisi rendah. Total sulfur hanya 10 persen dari maksimal yang dipersyaratkan. Hydroavtur juga tidak mudah membeku (freezing point kurang dari 45 derajat celcius). Dari pengujian terhadap pesawat aeromodeling bahan bakar ini dapat digolongkan sebagai bahan bakar jet. Untuk penggunaan sebagai jet fuel, Hydroavtur sangat istimewa karena bersifat dingin. Sebagai Hydrokerosene, Hydrofuel tidak meninggalkan jelaga yang berlebihan pada lampu petromaks.
Berapa lama waktu untuk menghasilkan Banyugeni?
Kami sudah melakukan penelitian ini cukup lama. Yakni sejak tahun 2003. kami berlima tanpa patah semangat terus bekerja di laboratorium. Dan ke depan kami juga akan berusaha menghasilkan penemuan lain.
Dari segi biaya produksi lebih murah mana antara bahan bakar dari air dan fosil?
Kami belum mengetahui secara pasti. Kami belum pernah melakukan komparasi. Tetapi kalau diproduksi secara massal jauh akan lebih murah. Terutama untuk kalangan industri bahan bakar dari air ini akans angat membantu.
Apakah sudah ada pengusaha yang melirik penemuan ini?
Belum ada. Karena penelitian ini baru skala laboratoirum. Perlu ada penelitian lanjutan agar Hydrofuel Banyugeni ini bisa dimanfaatkan secara massal. Tetapi kami senang karena pemda Bantul sangat merespons hasil penelitian ini. Tentunya, karena jika ini dikembangkan akan sangat bermanfaat bagi masyarakat.
Kalau Lumpur Lapindo apakah bisa dijadikan sebagai bahan baku?
Oh ya, lumpur Lapindo sangat bisa dijadikan sebagai bahan baku bahan bakar karena sifatnya yang mendekati sifat minyak. Sayang, pemerintah tidak merespons hal ini. Jika direspons, tentu akan sangat membantu masyarakat. Baik korban maupun masyarakat lain.
Apa yang akan dilakukan ke depan?
Kami menginginkan penelitian akan dikembangkan tidak saja pada level laboratorium namun juga level industri. Sehingga mampu memenuhi kebutuhan energi di sektor transportasi, industri dan rumah tangga dengan harga yang murah. Implikasi pengembangan produk ini sangat luas. Seperti pengurangan beban beaya produksi semua sektor dan secara langsung akan menghemat anggaran negara untuk subsidi BBM. Semoga pemerintah akah merespons penelitian ini.***
Source: Radar Jogja, 18 Feb 2008
Post a Comment