Kalangan industri bersiap menaikkan harga jual.
Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menilai pemerintah tak tegas menerapkan kebijakan energi. Pemerintah cenderung mengambil kebijakan jangka pendek dan sarat muatan politis.
Anggota YLKI, Tulus Abadi, mengatakan pembatalan rencana pengalihan bahan bakar minyak jenis premium ke oktan 90 menunjukkan ketidakjelasan kebijakan pemerintah. Menurut dia, pemerintah selalu mengatakan kenaikan harga minyak mentah dunia masih aman dari sisi anggaran negara. "Padahal kekhawatiran lonjakan harga minyak mentah terus ada," ujarnya kemarin.
Pernyataan pemerintah, kata Tulus, yang menjamin tak ada kenaikan bahan bakar minyak hingga 2009 bersifat politis. Dia mengatakan seharusnya dalam situasi seperti sekarang pemerintah harus mengeluarkan kebijakan berdimensi jangka panjang. "Kenaikan harga minyak bisa jadi momentum," katanya.
Terkait dengan kelangkaan minyak tanah di sejumlah daerah di Indonesia, juru bicara Pertamina, Wisnuntoro, meminta Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) untuk melakukan pengawasan distribusi minyak tanah. Menurut dia, salah satu penyebab kelangkaan karena adanya penyalahgunaan minyak tanah bersubsidi.
Menurut dia, kelangkaan minyak tanah juga lantaran kebijakan program konversi minyak tanah ke gas elpiji. Akibatnya terjadi kepanikan di masyarakat yang belum beroleh tabung gas.
Anggota Komite BPH Migas, Ibrahim Hasjim, mengatakan pihaknya telah melakukan kerja sama dengan pangkalan dan kelurahan setempat mengawasi minyak tanah subsidi. Alasannya, pangkalan dan kelurahan punya data pengguna minyak tanah subsidi sebenarnya. Pihaknya mengaku kewalahan karena terbatasnya tenaga pengawas di lapangan.
Sedangkan kalangan industri menyatakan telah melakukan antisipasi kenaikan harga minyak mentah dunia. Ketua Umum Asosiasi Semen Indonesia Urip Trimuryono mengatakan industri siap menaikkan harga apabila tak mampu menahan laju penambahan beban produksi. "Besaran kenaikan tergantung kemampuan pabrik," ujarnya kemarin.
Presiden Direktur PT Toyota Astra Motor Johnny Darmawan mengatakan industri kendaraan roda empat siap menaikkan harga. "Kenaikan tahunan dan juga karena harga-harga bahan baku naik," ujarnya. Terlebih, ujarnya, jika ada kenaikan bahan bakar minyak subsidi.
Johnny, yang juga Ketua Gabungan Industri Kendaraan Bermotor (Gaikindo), menuturkan Toyota Astra memiliki formula setiap kenaikan 5 persen akan dibebankan ke pasar sekitar 2-3 persen. "Bisa ditekan dari faktor internal, seperti efisiensi, produktivitas, outsourcing, dan lainnya," ujarnya.
Harga minyak dunia pada perdagangan kemarin untuk pengiriman bulan depan sempat menyentuh US$ 100,09 sebelum kembali ke level US$ 99,23 per barel. Kalangan analis memperkirakan harga minyak masih akan berada pada level kritis mendekati US$ 100 per barel.
By: RR Ariyani, Nieke Indrietta, Yuliawati, AFP
Source: www.tempointeraktif.com, 19 Agustus 2008
Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menilai pemerintah tak tegas menerapkan kebijakan energi. Pemerintah cenderung mengambil kebijakan jangka pendek dan sarat muatan politis.
Anggota YLKI, Tulus Abadi, mengatakan pembatalan rencana pengalihan bahan bakar minyak jenis premium ke oktan 90 menunjukkan ketidakjelasan kebijakan pemerintah. Menurut dia, pemerintah selalu mengatakan kenaikan harga minyak mentah dunia masih aman dari sisi anggaran negara. "Padahal kekhawatiran lonjakan harga minyak mentah terus ada," ujarnya kemarin.
Pernyataan pemerintah, kata Tulus, yang menjamin tak ada kenaikan bahan bakar minyak hingga 2009 bersifat politis. Dia mengatakan seharusnya dalam situasi seperti sekarang pemerintah harus mengeluarkan kebijakan berdimensi jangka panjang. "Kenaikan harga minyak bisa jadi momentum," katanya.
Terkait dengan kelangkaan minyak tanah di sejumlah daerah di Indonesia, juru bicara Pertamina, Wisnuntoro, meminta Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) untuk melakukan pengawasan distribusi minyak tanah. Menurut dia, salah satu penyebab kelangkaan karena adanya penyalahgunaan minyak tanah bersubsidi.
Menurut dia, kelangkaan minyak tanah juga lantaran kebijakan program konversi minyak tanah ke gas elpiji. Akibatnya terjadi kepanikan di masyarakat yang belum beroleh tabung gas.
Anggota Komite BPH Migas, Ibrahim Hasjim, mengatakan pihaknya telah melakukan kerja sama dengan pangkalan dan kelurahan setempat mengawasi minyak tanah subsidi. Alasannya, pangkalan dan kelurahan punya data pengguna minyak tanah subsidi sebenarnya. Pihaknya mengaku kewalahan karena terbatasnya tenaga pengawas di lapangan.
Sedangkan kalangan industri menyatakan telah melakukan antisipasi kenaikan harga minyak mentah dunia. Ketua Umum Asosiasi Semen Indonesia Urip Trimuryono mengatakan industri siap menaikkan harga apabila tak mampu menahan laju penambahan beban produksi. "Besaran kenaikan tergantung kemampuan pabrik," ujarnya kemarin.
Presiden Direktur PT Toyota Astra Motor Johnny Darmawan mengatakan industri kendaraan roda empat siap menaikkan harga. "Kenaikan tahunan dan juga karena harga-harga bahan baku naik," ujarnya. Terlebih, ujarnya, jika ada kenaikan bahan bakar minyak subsidi.
Johnny, yang juga Ketua Gabungan Industri Kendaraan Bermotor (Gaikindo), menuturkan Toyota Astra memiliki formula setiap kenaikan 5 persen akan dibebankan ke pasar sekitar 2-3 persen. "Bisa ditekan dari faktor internal, seperti efisiensi, produktivitas, outsourcing, dan lainnya," ujarnya.
Harga minyak dunia pada perdagangan kemarin untuk pengiriman bulan depan sempat menyentuh US$ 100,09 sebelum kembali ke level US$ 99,23 per barel. Kalangan analis memperkirakan harga minyak masih akan berada pada level kritis mendekati US$ 100 per barel.
By: RR Ariyani, Nieke Indrietta, Yuliawati, AFP
Source: www.tempointeraktif.com, 19 Agustus 2008
Post a Comment