Jum'at, 31 Juli 2009
KOTABUMI (Lampost):
Warga mempertanyakan rencana konversi minyak tanah ke elpiji 3 kg yang akan dilakukan pemerintah. Sebab, mayoritas warga desa masih mengandalkan kayu bakar untuk memasak. Selain itu, warga menjadikan minyak tanah satu-satunya bahan bakar untuk penerangan.
Kepala Desa Tanjung Jaya, Sungkai Barat, Rozali, Minggu (26-7), mengatakan sebanyak 350 kepala keluarga (KK) di Desa Tanjung Jaya saat ini masih mengandalkan kayu sebagai bahan bakar memasak.
Kalau benar rencana pemerintah akan menarik minyak tanah dan menggantinya dengan elpiji 3 kg, warga sangat khawatir. Terlebih, kini aliran listrik untuk penerangan malam hari belum masuk Desa Tanjung Jaya.
Keberadaan minyak tanah sampai kini masih menjadi satu-satunya bahan bakar untuk penerangan di rumah-rumah warga. "Kalau keberadaan minyak tanah sampai ditarik, warga tidak memiliki alternatif lain untuk penerangan," kata dia.
Di tempat terpisah, Kepala Desa Labuhan Ratu, Sungkai Selatan, Erda, mengatakan konversi minyak tanah ke elpiji 3 kg untuk daerah terpencil dapat ditinjau kembali. Terlebih sosialisasi penggunaan kompor gas belum dijalankan.
"Kalau melihat tayangan televisi tentang meledaknya tabung gas yang menyebabkan kebakaran, pastinya akan timbul di benak warga adanya ketakutan. Warga khawatir, hal itu menimpa mereka," kata dia.
Erda juga menjelaskan kalau konversi minyak tanah tidak menyebabkan harga melambung, mungkin tidak menjadi masalah. Tapi, kalau minyak tanah harganya sampai tinggi, dia sangat kasihan melihat warganya di pelosok desa yang mengandalkan penerangan dengan minyak tanah. "Kalau aliran listrik sudah ada, tidak menjadi masalah," kata dia. n */D-3
http://www.lampungpost.com/cetak/berita.php?id=2009073101100632
Post a Comment