Gerakan Konsumen Indonesia
The only thing necessary for the triumph of evil is for good men to do nothing. (Kejahatan hanya bisa terjadi ketika orang baik tidak berbuat apa-apa). ---Edmund Burke

Kelas Lokal Rasa Internasional, Pokoknya Pakai Bahasa Inggris

Selasa, 14 Juli 2009 | 8:00 WIB

SURABAYA - SURYA - Ngotot Buka Kelas RSBI Baru. Hiruk-pikuk urusan sekolah belum reda meski mulai Senin (13/7) kemarin sudah mulai masa orientasi siswa. Di Probolinggo, wali murid tetap minta dibukakan kelas RSBI meski tahun ajaran baru sudah mulai. Pokoknya masuk sekolah internasional.

Meski kemarin ngotot anaknya dimasukkan ke kelas RSBI, ternyata masih banyak orang tua siswa yang tak paham tentang RSBI. Yang mereka tahu, pokoknya sekolah pakai bahasa Inggris.

Hingga hari pertama masuk sekolah, H Zamhari, wali murid RSBI SMAN I Gresik mengaku tidak tahu seperti apa kelas RSBI. Yang dia tahu, mata pelajaran Bahasa Inggrisnya pasti mantap. Ny Sulistioningsih, warga Jl Lamongan Perum Gresik Kota Baru, baru ngeh ada tambahan kurikulum internasional dari dua anaknya yang masuk RSBI SMAN I Manyar, Gresik. Namun dua orang tua ini mantap karena bisa menggantung harapan anaknya kelak bisa lolos universitas negeri dengan mudah.

Sama dengan orang tua, para siswa juga tak semuanya paham dengan sekolah yang dimasuki. Putri Rahayu, siswa baru RSBI SMAN I Manyar menerima informasi jika sistem pembelajaran memakai multimedia dan bahasa Inggris. ”Selebihnya saya tidak tahu,” kata Putri, asal SMPN 1 Bungah.

Kepala SMAN I Manyar, HM Syafaul Anam, mengakui para wali murid tidak tahu sama sekali tentang RSBI. ”Yang membedakan dengan sistem reguler adalah cara belajar dan media belajar,” kata Anam yang saat ini siap menjalin kerja sama dengan sekolah di Malaysia, Senin (13/7).

Begitu menggebunya orang tua siswa yang ingin anaknya mencicipi sekolah internasional di dekat rumah, membuat sejumlah orang tua protes. Mereka menuntut SMPN 1 Kraksaan, Probolinggo, membuka kelas lagi untuk RSBI. H Taufik Juma’an, salah satu orang tua siswa, merasa kecewa. ”Kami kecewa dengan minimnya kuota. Saya tidak bisa mendaftarkan anak saya,” kata Taufik. Dia ingin dibukakan kelas baru meski masa orientasi siswa sudah dimulai Senin (13/7) kemarin.

Sekolah ini hanya membuka dua kelas RSBI untuk 52 siswa padahal peminatnya 300 siswa. Meski banyak orang tua yang ngebet anaknya masuk kelas internasional, Kepala Dinas Pendidikan, H Supanut, tak akan membuka kelas tambahan. Dia menjelaskan, RSBI di SMPN 1 Kraksaan memang masih dalam pembinaan karena ini yang pertama di Kabupaten Probolinggo. ”Kalau tambah kuota, khawatir tidak efektif karena menyesuaikan dengan jumlah guru dan fasilitas,” katanya.

Karena merasa menjadi kelas yang berbeda dalam tes, biaya, dan perlakuan, tentu tak salah bila orang tua dan siswa menuntut proses dan hasil yang lebih hebat. Bagi Prof Dr Ir H Moedjiarto MSc dari Pascasarjana Unesa, menjadi RSBI tidak mudah. Selain harus mengadaptasi kurikulum dan luar negeri, pengajaran pun harus sekelas dengan sekolah di luar negeri. ”Ini yang tidak gampang yang harus disediakan sekolah sebagai bagian dari fasilitas yang diterima siswa.”

Kemampuan Bahasa Inggris Guru Minim
Koordinator Program RSBI SMAN 3 Malang, Abdul Tedy Spd, mengakui tidak seluruh tutorial kelas sudah diberikan dalam bahasa Inggris. Namun, menurutnya, seluruh lembar kerja siswa dan materi tertulis dalam bahasa Inggris.

”Kami belum bisa menerapkan tutorial sepenuhnya dengan bahasa Inggris. Kemampuan bahasa Inggris guru kadang-kadang jauh tertinggal dibanding siswa,” tambahnya.
Moedjiarto yang saat ini mendampingi MAN Sidoarjo mengaku sulit mengubah cara mengajar dari yang berbahasa Indonesia ke bahasa Inggris. Tuntutan siswa dan orang tua agar anaknya mendapat pengajaran yang sekualitas dengan sekolah luar negeri, bisa dimaklumi karena mereka membayar mahal.

Lalu apa yang didapat siswa dengan bersekolah di sekolah ‘istimewa’ ini? Tedy menyebut, seluruh siswa yang berijazah RSBI, mendapat kemudahan dalam seleksi masuk PTN non SNMPTN. Bila di PMDK mensyaratkan siswa lulusan sekolah reguler harus berperingkat 10 besar, untuk lulusan RSBI tak perlu itu.

Siswa juga mendapat lembar evaluasi berbahasa Inggris setiap menerima rapor. ”PTN mengakui transkrip ini sebagai prestasi akademik saat menerima calon mahasiswa jalur khusus,” kata Tedy.

Keuntungan lain yang mungkin tidak terlalu berpengaruh adalah, tiap lulusan RSBI yang telah mengantongi sertifikasi dari Cambridge, tidak perlu melakukan matrikulasi, atau ujian penyetaraan, ketika hendak melanjutkan kuliah di perguruan tinggi luar negeri. ”Namun, tetap saja, keuntungan-keuntungan ini juga belum tentu ada di sekolah lain. Sekolah yang merancang setiap keunggulan itu,” sebutnya.
Karena itu, selama tahun ajaran depan, orang tua dan siswa berhak memperoleh apa yang sudah dibayar dengan mahal. rey/st4/st3/aji

http://www.surya.co.id/2009/07/14/kelas-lokal-rasa-internasional-pokoknya-pakai-bahasa-inggris.html
0 comments:

Post a Comment

Selamat Datang

Blog ini diproyeksikan untuk menjadi media informasi dan database gerakan konsumen Indonesia. Feed-back dari para pengunjung blog sangat diharapkan. Terima kasih.

Followers


Labels

Visitors

You Say...

Recent Posts