Gerakan Konsumen Indonesia
The only thing necessary for the triumph of evil is for good men to do nothing. (Kejahatan hanya bisa terjadi ketika orang baik tidak berbuat apa-apa). ---Edmund Burke

Setahun, Anak Habiskan 1.600 Jam di Depan TV

2009-07-24

Siaran televisi berdampak buruk terhadap perkembangan anak, karena itu orangtua harus membatasi atau setidaknya mendampingi saat menonton program-program yang disiarkan TV.

[JAKARTA] Waktu yang dihabiskan anak menonton tayangan televisi (TV) sungguh mengkhawatirkan. Lebih banyak waktu menonton TV dibanding belajar. Setidaknya, waktu yang dihabiskan sang anak di depan TV mencapai 1.600 jam setahun, waktu belajar hanya 750 jam setahun.

Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Hadi Supeno kepada SP di Jakarta, Rabu (22/7) mengatakan, tayangan TV saat ini berdampak buruk bagi anak-anak. Karena, anak yang banyak menghabiskan waktu di depan TV menjadi sosok asing dari nilai-nilai lokal.

Semestinya, katanya, anak cukup menonton TV selama tiga jam sehari, dengan waktu menonton mulai pukul 15.00 WIB hingga 18.00 WIB, dan didampingi orangtua untuk memberi penjelasan program TV.

Dampak seringnya menonton TV adalah saat ini terjadi fenomena di tengah masyarakat, anak melakukan kekerasan karena meniru adegan yang ditayangkan di TV. Ia menyebut, sejumlah anak terpaksa dipenjara, karena melakukan kekerasan seksual, setelah menyaksikan tayangan mengandung unsur pornografi.

Sementara itu, Wakil Ketua Komisi Penyiaran Indonesia Pusat (KPIP) Fetty Fajriati Miftach mengatakan, tidak semua tayangan kartun cocok untuk anak-anak, karena ada yang mengandung unsur kekerasan, mistik, pornografi, dan perilaku negatif. Film animasi/kartun memang membangkitkan unsur imajinatif, namun sering terjadi salah paham, bahwa semua film kartun adalah film anak-anak.


Film Impor

Adapun semua film kartun impor di label semua umur (SU) dan dikategorikan sebagai program anak. Akhirnya, muncul opini membolehkan film kartun dikonsumsi anak tanpa pengawasan. Di Jepang, film animasi telah melewati batas anak-anak. Selain itu, kartun, katanya, sinetron dan reality show juga, ada yang mengandung kekerasan fisik, verbal, melecehkan, dan melegalkan perzinaan. KPI, ujarnya, hanya bisa memberi peringatan dan menghentikan tayangan.

Dampak buruk menonton TV, membuat Koalisi Nasional Hari Tanpa TV yang terdiri dari lembaga nonpemerintah dan didukung lembaga pemerintah (KPI dan KPAI), serta sejumlah universitas, menyerukan hari Minggu (26/7) sebagai Hari Tanpa TV. Menurut Ketua Koalisi Nasional Hari Tanpa TV B Guntarto, pengendalian atau pengurangan jumlah jam menonton TV sangat penting, untuk mencegah dan mengurangi ketergantungan anak pada TV.

Menurut Hadi, 30 persen dari penduduk Indonesia adalah anak (usia 0-18 tahun), dan jumlah ini merupakan pasar besar bagi industri pertelevisian. Semestinya, katanya, pengelola TV membuat program yang edukatif untuk anak, tidak hanya sekadar mengejar rating. [N-4]

http://www.suarapembaruan.com/index.php?detail=News&id=9397
0 comments:

Post a Comment

Selamat Datang

Blog ini diproyeksikan untuk menjadi media informasi dan database gerakan konsumen Indonesia. Feed-back dari para pengunjung blog sangat diharapkan. Terima kasih.

Followers


Labels

Visitors

You Say...

Recent Posts