Gerakan Konsumen Indonesia
The only thing necessary for the triumph of evil is for good men to do nothing. (Kejahatan hanya bisa terjadi ketika orang baik tidak berbuat apa-apa). ---Edmund Burke

204 Lintasan KA Tak Berpintu

Senin, 31 Agustus 2009 | 12:24 WIB

Madiun - SURYA- Di wilayah operasi PT KA Daop VII Madiun sepanjang 237,9 kilometer terdapat 204 perlintasan KA sebidang yang tak berpalang pintu. Hal itu dapat mengancam keselatan jiwa para pengguna jalan yang melintas. Pasalnya, selain tak dijaga juga tak memiliki kelengkapan rambu-rambu peringatan jika akan ada KA yang melintas.

Hal itu seperti perlintasan KA yang ada di Desa/Kecamatan Wonoasri, Kabupaten Madiun. Di perkampungan ini sedikitnya ada tiga perlintasan KA yang tak berpalang pintu. Salah satunya dijaga oleh warga secara sukarela, atau biasa disebut ‘Pak Ogah’.

Penjaga perlintasan KA sukarela, Sukadi, 31 mengatakan, dia rela menjadi penjaga perlintasan KA tanpa dibayar lantaran dia berharap agar tidak semakin banyak korban tewas di perlintasan tersebut.
Satu-satunya pendapatannya hanya uang yang diberikan secara sukarela oleh pengendara yang lewat. “Rata-rata sehari dapat Rp 15.000 per orang, kan sehari dibagi tiga shift. Kalau bantuan dari PT KA nggak pernah ada sama sekali. Wong kami ini juga tak diakui,” terangnya kepada Surya.

Humas PT KA Daops VII Madiun, Harijono W menjelaskan, perlintasan KA tak berpalang pintu bukan menjadi tanggung jawab PT KA. Namun hal itu sudah menjadi tanggung jawab masing-masing pemerintah daerah dan warga setempat lokasi perlintasan KA. Menurutnya, hal itu sudah diatur dalam UU No 23 Tahun 2007 tentang Perkeretapian.

Selain itu, di wilayah PT KA Daop VII Madiun dari 268 perlintasan KA, ada 172 lintasan tak berpalang pintu, 32 lintasan liar, dan hanya 64 lintasan yang dijaga dan berpalang pintu. Menurut Harijono, perlintasan liar yang lebih berbahaya karena tak ada yang menjaga. st14

Nelayan Kesulitan Solar
Trenggalek - Para nelayan di sekitar Pantai Prigi, Kecamatan Watulimo, Kabupaten Trenggalek, selama sepekan terakhir kesulitan mendapatkan solar sebagai bahan bakar perahu mereka. Mugianto, salah seorang nelayan asal Desa Prigi mengaku, selama hampir satu pekan ini solar sulit dicari. Padahal ia telah mendatangi beberapa stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) dan stasiun pengisian bahan bakar khusus nelayan (SPBN) yang letaknya tidak jauh dari pantai.

“Tetapi, pasokan solar di stasiun ternyata kosong,” katanya. Ia juga mengatakan tidak mempunyai pilihan lain selain harus menunggu hingga pasokan solar lancar, walaupun harus menempatkan jeriken hingga berhari-hari di SPBU.

Terbatasnya pasokan solar dapat dilihat dari puluhan jeriken yang sengaja disusun berjajar, salah satunya di SPBU Watulimo. Bahkan, solar yang baru datang pun langsung habis terjual.

Di SPBU tersebut, para nelayan langsung datang menunggu giliran. Beberapa di antara mereka sempat terlibat adu mulut dengan nelayan lainnya, karena menyerobot giliran. Namun, hal itu tidak berlangsung lama setelah ditenangkan petugas. Sayangnya, aksi itupun tidak berlangsung lama, karena petugas SPBU ternyata juga membatasi pembelian dengan hanya 100 liter saja. Padahal, sekali melaut para nelayan tersebut biasanya menghabiskan hingga 200 liter.

Dengan stok solar yang terbatas tersebut, Mugianto mengaku menderita kerugian secara materi. Selain tidak dapat melaut setiap hari, ia juga harus mengeluarkan anggaran berlebih hanya untuk mencari solar hingga wilayah kota.

Bagian Hubungan Masyarakat Depot Pertamina Madiun, Aji Anom mengelak untuk memberi konfirmasi terkait dengan hal tersebut. Ia menyarankan agar menghubungi Pertamina Surabaya, guna menghindari kesalahpahaman. ant

http://www.surya.co.id/2009/08/31/204-lintasan-ka-tak-berpintu.html
0 comments:

Post a Comment

Selamat Datang

Blog ini diproyeksikan untuk menjadi media informasi dan database gerakan konsumen Indonesia. Feed-back dari para pengunjung blog sangat diharapkan. Terima kasih.

Followers


Labels

Visitors

You Say...

Recent Posts