Gerakan Konsumen Indonesia
The only thing necessary for the triumph of evil is for good men to do nothing. (Kejahatan hanya bisa terjadi ketika orang baik tidak berbuat apa-apa). ---Edmund Burke

Matikan Televisi, Lindungi Anak-anak

Kosmik Gagas Hari Tanpa Tv 26 Juli

TELEVISI pada satu sisi sangat membantu masyarakat dalam mendapatkan informasi seluas-luasnya. Tetapi, di balik itu bahaya besar mengancam. Terutama bagi kalangan anak-anak. Fakta menunjukkan bahwa banyak sekali program yang ditayangkan di televisi yang merusak mental anak-anak. Jika ini dibiarkan, maka akan berpengaruh pada generasi penerus bangsa.

Ancaman ini dibahas dalam talkshow yang digelar Korps Mahasiswa Ilmu Komunikasi (Kosmik) Unhas, Selasa, 21 Juli. Talkshow ini mengambil tema, “Hari tanpa Televisi.” Kosmik menghadirkan tiga pembicara, yaitu Rusdin Tompo (KPID), Yudi Rahardjo (YLKI), dan Dosen Unhas, Muliadi Mau. Talkshow ini menjadi pembuka bagi kampanye Hari tanpa Televisi yang direncanakan 26 Juli. Di Makassar, acara ini dipusatkan di Pantai Losari. Kosmik akan mengajak warga untuk mematikan televisinya hari itu.

Ketiga pembicara ini sepakat dengan kampanye Hari tanpa Televisi. Mereka menilai berbagai acara yang berbau kekerasan, mistik, pornografi, cabul, dan adegan negatif lainnya menjadi sumber rapuhnya mental dan moralitas anak-anak. Yudi Rahardjo mengaku cemas dengan munculnya tayangan televisi yang bisa berpengaruh negatif pada anak. Yudi membeberkan tiga fase perkembangan televisi di Indonesia, yakni fase 1970-an, fase 1980-an, dan tahun 2000 hingga sekarang.

Fase 1970-an, jelasnya, adalah fase di mana televisi dijadikan sekadar sebagai alat politik. Televisi menjadi corong untuk melegitimasi kekuasaan. “Itu sebabnya penguasa orde baru bisa tampil sebagai pahlawan saat itu. Bahkan didesain bahwa penguasa saat itulah yang paling benar,” ujarnya.

Pada fase 1980-an televisi diarahkan menjadi produk industrialisasi untuk memberi kemudahan bagi kapitalis menancapkan kukunya di Indonesia. Pada dekade ini, korporasi-korporasi multinasional mampu mengambil hati konsumen di Indonesia.

Menariknya salah satu corong yang digunakan oleh korporasi ini adalah dengan memanfaatkan televisi. Dan, sasarannya adalah anak-anak dan remaja. Fase tahun 2000-an yang kemudian disebut sebagai zaman kebebasan pers, televisi akhirnya bermanuver dengan mengawinkan antara kepentingan ekonomi dengan hiruk-pikuk dunia politik. Televisi, tambahnya, mampu membaca selera penonton yang setiap hari disibukkan dengan politik. Sementara disisi lain, tayangan televisi disusupi kepentingan ekonomi. Lagi-lagi anak-anak yang menjadi sasaran empuk. “Anak-anak ini menjadi sasaran empuk karena memiliki karakter loyal pada merek, suka menghambur-hambukan uang, dan mudah dibujuk. Ini yang berbahaya bagi anak-anak. Karena mereka kan menjadi generasi bentukan kapitalis,” tandasnya.

Pengaruh tayangan televisi yang berdampak negatif bagi anak-anak dibenarkan Rusdin Tompo. Menurutnya berbagai tayangan televisi saat ini memang cenderung tidak menghargai lagi tatanan dan budaya yang berlaku dalam masyarakat. Bahkan terkesan pemilik stasiun televisi saat ini tidak takut pada aturan perundang-undangan yang berlaku. “KPID saat ini mencetuskan gerakan menonton sehat untuk memasyarakatkan tayangan-tayangan positif. Sementara untuk radio dicetuskan gerakan produksi sehat. KPID juga membuat sertifikasi produksi radio. Saat ini sedang digalakkan,“ katanya.

Sementara Muliadi Mau mengaku mengkhawatirkan kebebasan informasi yang tidak terkontrol. Jika dulu yang dikhawatirkan adalah tayangan yang tidak disenangi. Sekarang justru tayangan yang disenangi yang lebih berbahaya. Tidak bisa dipungkiri banyak tayangan televisi yang disenangi yang tanpa disadari justru berefek negatif.

Data yang dirilis Kosmik Unhas, hingga 2007, tayangan infotainment dan sinetron persentasenya 19,10 persen. Sementara acara anak-anak hanya 7,10 persen. Itu pun tak semua tayangan anak-anak memberi pendidikan positif. (arm)

http://74.125.153.132/search?q=cache:N9KUx6WVg_AJ:www.fajar.co.id/koran/1248190304FAJAR.OLG_22_21.pdf+rusdin+tompo+fajar+anak&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id
0 comments:

Post a Comment

Selamat Datang

Blog ini diproyeksikan untuk menjadi media informasi dan database gerakan konsumen Indonesia. Feed-back dari para pengunjung blog sangat diharapkan. Terima kasih.

Followers


Labels

Visitors

You Say...

Recent Posts