Friday, 07 August 2009
JAKARTA (SI) – Pemerintah akan membenahi prosedur penerbangan di Papua menyusul seringnya kecelakaan penerbangan di daerah tersebut. Dalam pembenahan itu, pemerintah akan melibatkan pihak maskapai penerbangan.
“Saya sudah instruksikan para dirjen bekerja sama dengan para operator penerbangan untuk kembali menyisir ulang, membenahi dan berdisiplin terhadap prosedur penerbangan di daerah seperti Papua,” ujar Menteri Perhubungan (Menhub) Jusman Syafii Djamal dalam pesan pendek kepada harian Seputar Indonesia (SI) di Jakarta kemarin.
Dia menambahkan, pemerintah melalui Direktorat Jenderal Perhubungan Udara juga akan mengalokasikan anggaran untuk melengkapi peralatan navigasi di Papua.Di lain pihak, Jusman meminta maskapai penerbangan melengkapi pesawatnya dengan peralatan yang sesuai dengan standar operasi di daerah tersebut. “Selain itu,pilot yang beroperasi di Papua harus mengenal medan pegunungan di daerah itu dan perubahan cuaca yang sering terjadi tiba-tiba dalam rute terbang menyusuri medan pegunungan,”paparnya. Kasus kecelakaan penerbangan sering terjadi di Papua.
Tahun ini saja di Papua terjadi tiga kecelakaan pesawat yang mengakibatkan korban jiwa. Pada 9 April 2009,pesawat milik maskapai Aviastar jatuh di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua. Enam awak pesawat tewas. Tak lama berselang,pada 17 April 2009,pesawat Pilatus PC-6 milik Mimika Air jatuh dalam penerbangan dari Distrik Ilaga menuju Mulia, ibu kota Kabupaten Puncak Jaya, Provinsi Papua. Sembilan penumpang dan dua awak pesawat tewas.
Terakhir, Minggu (2/8), pesawat twin otter milik Merpati Nusantara Airlines, jatuh di wilayah Abmisibil,Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua. Seluruh penumpang dan awak pesawat yang berjumlah 15 orang tewas. Sementara itu, 15 korban tewas akibat jatuhnya pesawat twin otter Merpati di Abmisibil, kemarin, berhasil dievakuasi tim search and rescue (SAR) ke Bandara Sentani, Jayapura, Papua.Pesawat Pelita Air yang mengangkut 15 jenazah dari Oksibil, Ibu Kota Kabupaten Pegunungan Bintang, tiba di Bandara Sentani sekitar pukul 16.15 WIT.
Puluhan keluarga korban yang sejak siang menunggu tampak terlihat terharu menyambut kedatangan jenazah korban. Sebagian histeris saat kantung-kantung jenazah diturunkan dari pesawat dan dimasukkan ke ambulans. Berdasarkan pantauan di lokasi, sebanyak 10 ambulans langsung mengantar jenazah ke RS Bhayangkara, Jayapura. Hingga kemarin, autopsi terhadap para korban masih berlangsung. Hanya karyawan Merpati, petugas medis,dan keluarga korban yang diperbolehkan mendampingi jalannya autopsi.
Koordinator misi pencarian pesawat, Komandan Landasan UdaraTNI AU Sentani,Jayapura, Kolonel (Pnb) Suwandi Miharja memastikan jumlah penumpang dan awak pesawat yang mengalami kecelakaan hanya 15 orang. Dia membantah kabar yang beredar bahwa jumlah korban sebanyak 16 orang.“Jumlah itu (16) terhitung karena ada dua nama yang tercatat ganda dalam manifes,”ujarnya.
Berdasarkan data manifes, penumpang pada pesawat twin otter sebanyak 12 orang, terdiri atas 10 orang dewasa dan dua balita. Mereka adalah Lauren, Yustinus, Nelvina, Natulo (balita),Simio,Yohanes,Basilius, Edy, Martina, Oliver (balita), Yanes, dan Yacob.Adapun awak pesawat berjumlah tiga orang, yaitu pilot Qadrianova, kopilot Pramudia,dan teknisi Supriadi. Juru bicara Merpati Sukandi mengatakan, Merpati akan memberikan santunan kepada keluarga korban. (arif dwi cahyono/ okezone/ant)
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/260684/38/
Post a Comment