Gerakan Konsumen Indonesia
The only thing necessary for the triumph of evil is for good men to do nothing. (Kejahatan hanya bisa terjadi ketika orang baik tidak berbuat apa-apa). ---Edmund Burke

Susu Segar Lokal, Pasok 20% Kebutuhan Nasional

05/08/2009 06:02:48

YOGYA (KR) - Susu tidak sekadar sumber protein hewani yang sangat penting bagi generasi muda, tetapi juga merupakan usaha sektor riil yang mampu menyerap tenaga kerja cukup besar, di samping memberdayakan potensi yang ada di pedesaan. Lebih dari itu, peluang pengembangannya sangat potensial. Tetapi saat ini produksi susu segar dalam negeri baru mampu memasok sekitar 20% dari kebutuhan secara nasional.

Hal itu diungkapkan Ketua Ikatan Sarjana Peternakan Indonesia (ISPI) Cabang DIY Dr Ali Agus DAA DEA saat membacakan hasil lokakarya dan diskusi publik pembangunan persusuan nasional di Kampus UGM, Senin (3/8). Lokakarya menghadirkan antara lain Deputi Menko Perekonomian Bidang Pertanian dan Perikanan, Direktur Budidaya Ternak Ruminansia, Ditjen Peternakan Deptan.
Menurut Ali Agus, perkembangan industri persusuan nasional relatif sangat lamban, bahkan sulit dievaluasi akibat tidak tersedianya informasi yang komprehensif. Sampai saat ini pemerintah masih belum mampu merumuskan dan mengakomodasi program pembangunan persusuan nasional secara mantap dan terstruktur, terutama dalam memanfaatkan teknologi.
Saat ini harga susu segar di level peternak bervariasi, dari Rp 2.800-Rp 3.200/liter. Harga ini belum layak dan tidak sebanding dengan biaya pakan yang dikeluarkan peternak. Padahal, rata-rata harga pakan konsentrat Rp 1.300/kg dan selalu naik sejak beberapa tahun terakhir. Satu liter susu segar hanya dapat digunakan untuk membeli 2 kg konsentrat (1:2), yang jauh dari rasio ideal yaitu 1:4 atau 1:5.
Ali Agus mengatakan, permasalahan yang mendasar dari agribisnis sapi perah/persusuan khususnya yang berkaitan dengan kegiatan usaha peternakan sapi perah rakyat adalah efisiensi dari usaha sapi perah. Menurutnya, banyak faktor penyebab inefisensi dalam usaha peternakan sapi perah, di antaranya rendahnya produktivitas sapi perah.
"Hal ini tercermin dengan rendahnya rata-rata produksi susu segar sapi perah rakyat yang jauh di bawah potensi genetisnya. Selain itu, masih rendahnya tingkat pemilikan sapi perah dari masing-masing peternak. Sebagian besar peternak memiliki sapi perah berkisar 2-4 ekor dan masih menggunakan pola usaha tani," ujar Staf Pengajar Fakultas Peternakan UGM ini.
Menurutnya, peternakan sapi perah belum diikuti pola pemasaran susu segar, sehingga masih terjadi ketergantungan pemasaran susu segar pada sejumlah IPS. Koperasi susu belum berperan memberdayakan aset yang dimiliki untuk menunjang pemasaran. Saat ini terdapat 3 pabrik yang dimiliki koperasi mampu mengolah 200 ton susu segar per hari menjadi produk susu steril UHT dan susu kental manis.
Selain itu, kata Ali Agus, masih rendahnya daya saing susu segar peternak, terutama dari segi kualitas. Dengan efek dari kualitas yang masih bervariasi dan di bawah SNI, menyebabkan posisi tawar berkurang.
Lokakarya dan diskusi publik tentang persusuan itu juga menghasilkan beberapa rekomendasi, di antaranya penyelesaian persusuan nasional membutuhkan komitmen dan keputusan politik.
"Kita melihat langkah untuk solusi tidak dapat dilakukan tanpa komitmen dan keputusan politik, seperti halnya ketersediaan kredit lunak, pemenuhan sarana-prasarana, dan dukungan program pemerintah dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya manusia. Selain itu, perlu adanya payung hukum sedikitnya Keppres atau Inpres yang mengatur tugas instansi pemerintah dalam menangani persusuan," kata Ali Agus. (Asp)-s

http://www.kr.co.id/web/detail.php?sid=203570&actmenu=44
0 comments:

Post a Comment

Selamat Datang

Blog ini diproyeksikan untuk menjadi media informasi dan database gerakan konsumen Indonesia. Feed-back dari para pengunjung blog sangat diharapkan. Terima kasih.

Followers


Labels

Visitors

You Say...

Recent Posts