Saturday, 01 August 2009 09:47
DENGAN semakin banyaknya operator seluler yang beroperasi di Indonesia, semakin bingung pula konsumen menentukan pilihannya. Apalagi pasar saat ini dibanjiri dengan berbagai kartu prabayar dari para operator tersebut. Jargon-jargon yang digunakan untuk menggaet pelanggan selalu serupa: tarif termurah.
Harus diakui, persoalan tarif memang jadi isu utama bagi kebanyakan masyarakat Indonesia yang sepertinya cenderung lebih menyukai kartu prabayar. Makanya, jangan heran bila kemarin kita menerima telepon dari seorang teman dengan nomor prabayar operator tertentu, lalu pekan depan kita menerima telepon lagi dari teman yang sama tapi memakai nomor prabayar operator seluler lain.
Ini tak bisa disalahkan. Setiap kali ada operator baru masuk ke Indonesia, pastilah persoalan tarif itu yang diangkat. Berbagai cara digunakan untuk menarik konsumen, seperti tarif khusus untuk perbincangan dengan nomor-nomor tertentu, atau anggota keluarga.
Perang tarif pun terjadi. Ini memang menguntungkan bagi konsumen. Sayangnya, hal tersebut kerap tidak diikuti dengan penambahan kapasitas layanan masing-masing operator seluler. Di Sulut, Manado khususnya, bukan cerita baru bila kita sulit untuk menghubungi telepon seluler lain, baik yang sama-sama menggunakan operator seluler yang sama maupun berbeda, di jam-jam tertentu. Lebih gila lagi, ada kalanya nomor yang kita tuju salah sambung karena diangkat orang lain. Kita tidak mungkin salah tekan keypad ponsel, karena nomor yang dituju berdasarkan nomor yang tersimpan dalam daftar kontak kita.
Memang belum ada penjelasan kenapa fenomena itu bisa terjadi sampai sekarang. Tapi, rasanya itu tak lari jauh dari persoalan kapasitas sambungan yang tak memadai lagi dibandingkan dengan jumlah nomor yang beredar.
Intinya, mau pakai operator seluler yang mana, semuanya terpulang pada konsumen. Mau pakai yang murah tapi sulit tersambung karena area cakupan terlalu kecil, atau mau pakai yang lama tapi tarifnya lebih murah.(***)
http://www.mdopost.com/
Post a Comment