Gerakan Konsumen Indonesia
The only thing necessary for the triumph of evil is for good men to do nothing. (Kejahatan hanya bisa terjadi ketika orang baik tidak berbuat apa-apa). ---Edmund Burke

14 Persen Penduduk Jakarta Alami Stres

Jumat, 2 Oktober 2009 | 16:39 WIB

Setiabudi, Warta Kota

Karut marut tata kota Jakarta yang tidak ideal berdampak kepada meningkatnya stres warga. Berdasarkan data jumlah pasien puskesmas se-Jakarta tahun 2007, warga Jakarta yang mengalami stres dan mendapat perawatan di puskesmas mencapai 1,4 juta jiwa. Jumlah penduduk Jakarta tahun 2007 itu berada pada angka 8,6 juta jiwa dan naik menjadi 7,3 juta jiwa pada akhir Maret 2009.

Direktur Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Soeharto Heerdjan dr Ratna Mardiyati SpKJ mengatakan, pasien sakit jiwa di Jakarta terus bertambah. Di RSJ Soeharto Heerdjan, Grogol, Jakarta Barat, ada sekitar 1.000 orang sakit jiwa setiap tahunnya. “Setiap hari orang yang konsultasi di poliklinik kami 80 hingga 100 orang. Satu persennya adalah sakit jiwa,” kata dr Ratna saat diskusi dengan wartawan, Kamis (1/10).

Dia mengatakan, dari puluhan orang yang melakukan konsultasi di RS-nya itu, satu dari empat pasien mengalami stres. “Gejalanya bervariasi, mulai dari stres hingga berkembang menjadi gangguan kejiwaan ringan sampai berat,” kata dr Ratna yang menduga stresnya warga Jakarta dipicu oleh beragam hal. Bisa stres karena perkawinan seperti ketidakseimbangan penghasilan, sampai stres karena pekerjaan yang tidak sesuai dengan harapan.

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2008 mengungkapkan, sebanyak 14 persen penduduk Jakarta mengalami stres karena gangguan emosional dan depresi. Dokter Ratna mengatakan, angka itu merupakan keluhan (stres) tersembunyi, misalnya dimulai dengan asma atau hipertensi.

Guna mengantisipasi munculnya gangguan kejiwaan tersebut, RSJ Soeharto Heerdjan menyediakan 11 psikiater yang dapat diajak berkonsultasi setiap hari. Ada pula empat kendaraan psikiater keliling yang setiap hari berpindah dari satu puskesmas ke puskesmas lainnya di Jakarta. “Mobilnya ngetem di puskesmas sesuai jadwal dari Dinas Kesehatan DKI Jakarta,” katanya.

Selain dengan berkonsultasi, dia menyarankan agar warga Jakarta dalam menghadapi persoalan diselesaikan dengan tenang, tanpa emosi. “Manusia yang bisa bertahan di Jakarta memiliki sifat agresif, inovatif, dan kreatif dengan daya tahan mental yang baik,” jelas dr Ratna yang memberikan angka 5 dari 1-10 untuk tingkatan stres warga Jakarta.

Sementara itu, pakar lingkungan Firdaus Cahyadi mengungkapkan, stres warga Jakarta dipicu oleh akumulasi berbagai masalah klasik akibat peningkatan jumlah penduduk kota yang cepat, kemacetan, kemiskinan, pencemaran, pengangguran hingga kriminalitas. Belum lagi soal pelestarian lingkungan makin berkurang dan pembangunan kota yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang dan wilayah yang sering tidak sinkron.

“Jakarta ini sudah kolaps dan mengalami obesitas karena banyak persoalan yang dihadapi, mulai soal krisis air dan udara bersih, minimnya ruang terbuka hijau, krisis transportasi publik, hingga banjir dan urbanisasi,” kata Firdaus. (Irwan Kintoko)

http://www.wartakota.co.id/read/warta/13419
0 comments:

Post a Comment

Selamat Datang

Blog ini diproyeksikan untuk menjadi media informasi dan database gerakan konsumen Indonesia. Feed-back dari para pengunjung blog sangat diharapkan. Terima kasih.

Followers


Labels

Visitors

You Say...

Recent Posts