Gerakan Konsumen Indonesia
The only thing necessary for the triumph of evil is for good men to do nothing. (Kejahatan hanya bisa terjadi ketika orang baik tidak berbuat apa-apa). ---Edmund Burke

TNLL Perlu Perlindungan Menyeluruh

Jumat, 9 Oktober 2009

*Rekomendasi Hasil Penelitian Storma-Untad

PALU – Kawasan lore lindu sebagai salah satu taman nasional di Indonesia, yang juga merupakan konservasi terbesar di Sulteng, perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah. Tidak hanya karena daerah ini merupakan salah satu perwakilan untuk keanekaragaman hayati di bioregion wallacea, tapi juga merupakan salah satu dari 10 hotspot untuk keanekaragaman hayati yang unik di dunia. Atas dasar inilah, Storma (stability of rainforest margin), sebuah lembaga penelitian asal Jerman yang selama ini bekerjasama dengan Universitas Tadulako, merekomendasikan agar kawasan TNLL (Taman Nasional Lore Lindu) perlu perlindungan menyeluruh terhadap habitatnya.

Dalam paparannya, di ruang Polibu Kantor Gubernur Sulteng kemarin, tim peneliti Storma menguraikan sejumlah keunikan keaneragaman flora dan fauna di kawasan Lore Lindu. Hasil penelitian, kawasan konservasi Lore Lindu ini mempunyai keunikan tersendiri, karena sebagian besar komponen penyusunnya merupakan perwakilan flora dan fauna hutan pegunungan Sulawesi. Walaupun tercatat paling tidak lebih dari 9 vegetasi di kawasan ini, namun memagang peranan penting dalam sistem ekologi terutama menjadi daerah tangkapan air dalam siklus hidrologi, pengatur iklim dan konservasi biodiversitas.

Dari sisi flora (tetumbuhan), dalam paparan hasil penelitian storma, diperkirakan terdapat 5.000 jenis flora berpembuluh di Sulawesi (termasuk lebih dari 2.100 berkayu). Jika dibanding dengan pulau utama lainnya di Indonesia, seperti Sumatra, Jawa, Kalimantan dan Irian Jaya, struktur dan komposisi flora di Sulawesi sangat unik, walaupun kurang dalam hal jenis.

Kemudian dari sisi fauna (hewan), di TNLL juga tak kalah uniknya. Meski pulau Sulawesi hanya memiliki 114 jenis binatang menyusui dan 263 jenis burung penghuni tetap, namun anoa dan kerbau cobol umumnya diketemukan di TNLL. Walaupun jarang dilihat, anoa di TNLL seluruhnya terdapat dua jenis, yaitu bubbalis quarlesi dan Bubbalus depressisornis.

Selanjutnya kurkus beruang phalenger ursinus yang tidak jarang dijumpai pada ketinggian 1.200 meter dan kuskus Celebes yang lebih kecil dari phalanger celebensis, dengan sifat yang sangat non kultur, kemungkinan terdapat di dalam TNLL. Begitupun binatang pemangsa terbesar di Sulawesi, Musang Coklat Sulawesi Macrigolidia musschenbroeki umumnya dijumpai di Lore Lindu.

Atas dasar inilah, peneliti Storma menyimpulkan bahwa TNLL memiliki kekayaan jenis flora dan fauna yang cukup tinggi. Struktur dan komposisinya sangat unik, memiliki pola yang berbeda jika dibandingkan dengan hutan di Sumatra dan Kalimantan. Karena itulah, untuk menjaga keanegaraman jenis, baik tumbuhan maupun hewan di kawasan ini, perlu perlindungan menyeluruh terhadap habitanya. Misalnya melalui patroli oleh pihak balai TNLL, penyuluhan, peningkatan perekonomian masyarakat sekitar kawasan, serta melibatkan masyarakat lokal dalam pengelolaan kawasan konservasi tersebut.

Menanggapi hasil penelitian ini, Gubernur Sulteng, HB Paliudju berjanji akan memperhatian rekomendasi dari Storma yang bekerja sama dengan Untad Palu. Pihaknya juga akan berusaha meningkatkan pengawasan terhadap kelestarian dari kawasan TNLL. Karena katanya, saat ini taman nasional yang cukup dibanggakan ini, sudah mulai banyak kerusakan habitatnya. “Kami akan berusaha melakukan pengawasan agar kelestrian kawasan ini tetap terjaga,” demikian kata Paliudju.(yon)

http://www.radarsulteng.com/berita/index.asp?Berita=Banjarbaru&id=58572
0 comments:

Post a Comment

Selamat Datang

Blog ini diproyeksikan untuk menjadi media informasi dan database gerakan konsumen Indonesia. Feed-back dari para pengunjung blog sangat diharapkan. Terima kasih.

Followers


Labels

Visitors

You Say...

Recent Posts