22 November 2009, 14:10
Masyarakat Kecamatan Matang Kuli, Aceh Utara melintasi genangan banjir dengan menggunakan jasa rakit bambu. Setidaknya 15 desa di kecamatan itu terendam akibat hujan deras sejak tiga hari terakhir. Foto direkam Sabtu (21/11).ANTARA/Rahmad
LHOKSUKON – Hujan lebat yang turun sejak Jumat (20/11) malam hingga Sabtu (21/11) kemarin, telah menyebabkan sejumlah kawasan di Kota Lhokseumawe, Kabupaten Aceh Utara, Aceh Timur, dan Aceh Barat dilanda banjir. Akibatnya, ribuan rumah penduduk dan areal persawahan ikut terendam. Bahkan, ratusan sekolah di ketiga wilayah tersebut terpaksa diliburkan.
Di Aceh Utara, banjir yang disebabkan hujan deras selama dua hari itu, dilaporkan meliputi Kecamatan Baktya Barat, Tanah Luas, Matangkuli, Pirak Timu, Lapang, Langkahan, dan Tanah Jambo Aye. Sedangkan di Aceh Timur meliputi Kecamatan Madat dan sejumlah desa di sekitaranya dengan ketinggian air berkisar antara 30-80 centimeter.
Berdasarkan informasi yang dihimpun Serambi, Sabtu (21/11) kemarin, banjir yang agak parah terjadi di Kemukiman Buwah, Kecamatana Baktya Barat, Aceh Utara. Di kawasan ini, ratusan rumah warga dan areal persawahan, serta dua sekolah, yakni SD dan SMP terendam, dilaporkan ketinggian air mencapai 80 cm. Bahkan, sejmlah warga setempat terpaksa mengungsi dari rumah mereka yang terendam banjir.
Sedangkan di kecamatan Lapang, empat desa juga terendam, mulai pukul 01.00 WIB, dini hari, di antaranya Desa Matang Tunong, Matang Baro, Desa Gelanggang Baro, dan Desa Matang Jurong. Banjir ini juga merendam ratusan petak tambak warga, yang menyebabkan ikan hanyut terbawa air. Di Langkahan, kondisi terparah terjadi di Desa Simpang Tiga. Sebab, selain merendam SMP dan SMA, sekitar 50 hektar sawah di kawasan ini terendam air dengan ketinggian sampai 1 meter.
Tak ada tanggul
Banjir yang tergolong parah dan merendam ratusan hektare areal persawahan juga terjadi di Desa Tumpok Barat, Alu Tho, Meunasah Laweung, dan Tanjoeng, Meunasah Cibrek dan Siren dalam wilayah Kecamatan Matangkuli. Sedangkan di Tanah Luas, kondisi terparah terjadi di Desa Teupin Mee dan Desa Blang, karena tidak ada tanggul sungai. Konon, setiap kali hujan, kedua desa tersebut selalu terendam banjir akibat meluapnya Krueng Keureutoe.
Kegiatan belajar mengajar di sekolah-sekolah dalam wilayah tersebut dilaporkan ikut terganggu. Bahkan sebagian besar di antaranya terpaksa diliburkan. “Para siswa terpaksa libur, karena sekolah terendam, dan sebagian warga terpaksa mengungsi ke rumah-rumah kerabatnya yang tidak terkena banjir,” kata Keuchik Meunasah Pante Abubakar kepada Serambi, kemarin.
Sementara itu, hujan yang mengguyur Kota Lhokseumawe sejak JumaT (20/11) malam lalu itu, telah menyebabkan sejumlah kawasan di kota ini terendam air dengan kedalaman rata-rata hingga sebatas lutut. Di jalan Samudera yang selama ini termasuk satu ruas jalan paling padat di Lhokseumawe, kemarin tampak sudah tak bisa dilewati kendaraan roda dua. Hal itu terjadi akibat belum selesainya pembangunan saluran pembuang yang sedang dibangun.
Pemandangan serupa juga terlihat di ruas jalan Tgk Pulo Baroh, jalan menuju ke bekas kampus Universitas Malikussaleh (Unimal) dan beberapa ruas jalan lainnya di Keude Aceh, digenangi air sebatas lutut. Air juga menggenangi sejumlah pemukiman penduduk di Desa Lancang Garam, Keude Aceh, Tumpok Teureundam, Tumpok Teungoh, Kuta Blang, Blang Malo dan beberapa desa lainnya di Kota Lhokseumawe.
Menghambat aktivitas
Sebanyak 13 desa di Kecamatan Woyla Timur, Kabupaten Aceh Barat sejak Jumat (20/11) hingga Sabtu (21/11) kemarin terendam banjir dengan ketinggian air diperkirakan antara 50 centimeter hingga 1 meter. Diperkirakan ribuan warga di kawasan pedalaman tersebut terkurung banjir termasuk pemukiman warga, dan menghambat aktivitas masyarakat.
Adapun ke-13 desa yang hingga kini masih terendam banjir di Kecamatan Woyla Timur tersebut, masing-masing Seuneubok Dalam, Gunong Panyang, Blang Luah, RB Pinto, Alue Seuraleun, Tuwi Eumpeuk, Alue Meuganda, Gampong Baro KB, Blang Makmue, Buket Meugajah, Alue Kuyuen, Blang Dalam, serta Teumiket Ranom.
Kepala Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi Kabupaten Aceh Barat, Hasballah kepada Serambi, kemarin melaporkan penyebab banjir yang merendam 13 desa di Kecamatan Woyla Timur tersebut akibat meluapnya Krueng Bhee akibat kawasan tersebut terus diguyur hujan deras sejak beberapa hari terakhir.
Apalagi, katanya, kawasan Kecamatan Woyla Timur tersebut merupakan kawasan yang rawan banjir mengingat sebagian besar perkampungan masyarakat di wilayah itu berada di daerah aliran sungai (DAS) Krueng Bhee. Dan banjir kali ini yang melanda kawasan tersebut telah terjadi selama beberapa kali.
Untuk membantu para korban banjir di Kecamatan Woyla Timur, Hasballah bersama tim Dinas Sosial Aceh Barat, mengaku telah telah menyalurkan bantuan sembako kepada masyarakat di 13 desa di wilayah itu guna membantu masyarakat yang kini terendam banjir. “Kita terus memantau perkembangan banjir di wilayah ini,” ungkapnya.
Secara terpisah, Kepala Dinas Sosial Kabupaten Nagan Raya, Dra Abd Rani Cut kepada Serambi, kemarin mengatakan sejauh ini belum ditemukan adanya pemukiman warga di wilayah itu yang terendam banjir. Namun pihaknya terus memantau perkembangan di kawasan tersebut guna mengantisipasi jika sewaktu-waktu banjir melanda pemukiman warga.(c37/ib/edi)
http://www.serambinews.com/news/ribuan-rumah-dan-sekolah-terendam
Post a Comment