Kamis, 26 November 2009 | 15:44 WIB
TEMPO Interaktif, Jakarta -Setahun ini Budiman, bukan nama asli, bisa tersenyum saban becermin. "Saya (tampak) bertambah muda," ujar penduduk Semarang itu melalui telepon, Jumat lalu. Teman-temannya, kata lelaki 45 tahun itu, kerap menanyakan kulitnya yang berubah dari kering dan kehitaman menjadi cerah dan lembap. Penglihatannya yang kabur berangsur terang. Dulu ia cuma mampu berjalan di atas treadmill selama lima menit, sekarang bisa sampai setengah jam.
Keluhan itu berdatangan akibat diabetes yang diderita Budiman selama enam tahun. "Saya mengalami komplikasi gula darah." Selama itu pula ia menenggak delapan obat setiap hari dan mesti menyediakan Rp 2,5 juta per bulan untuk obat, meski sebenarnya telah putus asa karena diabetes memang tidak dapat disembuhkan. Kini ia tak perlu obat dan keluhan-keluhan itu tidak lagi dirasakannya. Kandungan gula darahnya pun normal. Dari 200-300 mg per dL sebelum transplantasi menjadi normal, 100-150 mg/dL.
Bagaimana Budiman yang loyo bisa berubah perkasa? Akhir tahun lalu ia menjalani terapi stem cell (sel punca). Budiman mendapatkan suntikan cairan sel hidup. Menurut dokter Suharto, yang menangani Budiman, sel hidup yang disuntikkan ke tubuh pasiennya diambil dari janin kelinci generasi ke-30 yang dipelihara di Swiss dengan perlakuan khusus agar janinnya benar-benar sehat dan tidak tercemar apa pun. Kelinci merupakan jenis mamalia, seperti manusia, sehingga jenis selnya identik.
Sel punca itu disuntikkan pada organ-organ yang membutuhkan. Sel hidup yang diinjeksikan dari luar akan merangsang sel "pribumi" untuk membelah sehingga sel akan memperbarui dan menyebabkan organ tubuh kembali berfungsi.
Untuk penderita diabetes, terapi ini digunakan untuk memperbaiki kegagalan karena tidak efisiennya penggunaan insulin dan kegagalan dalam memproduksi insulin. Karena itu, yang akan mendapatkan tambahan sel adalah sel yang mengatur pembuluh darah dan hipotalamus yang ada di otak. "Pada dasarnya terapi ini untuk memperbaiki sistem," ujar Suharto.
Pada pasien yang telah lanjut usia, terapi ini dilakukan untuk mengatasi gangguan pada pembuluh darah periferi (halus) yang telah mengeras. Suntikan akan diberikan untuk menambah sel di jantung, ginjal, dan otak.
Suntikan sel yang diberikan tidak sama kepada tiap orang. "Perlu analisis, tergantung organ mana yang membutuhkan," kata Suharto. Budiman, misalnya, mendapatkan suntikan sel hidup untuk tujuh organnya, di antaranya di ginjal, hati, pankreas, dan testis. "Sebagian disuntik di pantat, sebagian di dekat tali pusar," ujar Budiman. Menurut Suharto, penyuntikan membutuhkan waktu sekitar 10-15 menit. Sel yang disuntikkan akan berjalan menuju organ karena sel ini sudah terarahkan akan menjadi apa.
Agar sel pribumi tumbuh dan organ berfungsi, pasien harus menjaga suhu tubuh karena sel hidup akan mati jika suhu terlampau tinggi. Karena itu, selama tiga hari setelah penyuntikan, pasien dilarang berolahraga, menenggak minuman beralkohol, merokok, atau beraktivitas yang mengakibatkan suhu tubuh naik. Pasien juga dilarang mendekati sumber radiasi. "Sel hidup bisa mati."
Setelah sel pribumi mampu berfungsi, selesailah tugas sel yang diinjeksikan dan akan mati dalam tiga hari. Akan halnya kondisi orang yang bersangkutan berangsur membaik seiring dengan berfungsinya organ.
Terapi ini bisa digunakan untuk menyembuhkan aneka penyakit. Selain penderita diabetes melitus, terapi sel punca bisa menyembuhkan penyakit, seperti gagal ginjal, Down syndrome, leukemia, dan parkinson. Namun, di antara lebih dari 100 pasien di Indonesia yang menjalani terapi ini sejak tahun lalu, kebanyakan menderita diabetes melitus seperti Budiman.
ENDRI KURNIAWATI | AKBAR TRI KURNIAWAN
Kontraindikasi
Tidak semua masalah kesehatan bisa diselesaikan dengan terapi sel punca. Dokter akan menganalisis kondisi pasien sebelum memutuskan untuk menjalankan terapi. Jika memungkinkan, terapi sel punca dilakukan. Namun, ada beberapa kondisi pasien yang tidak memungkinkan atau kontraindikasi jika tetap dilakukan. Berikut ini kondisi pasien yang tidak memungkinkan untuk dilakukan terapi sel punca.
- Infeksi berat.
- Pasien yang sudah tidak sadar (dead bed).
- Tubuh tidak kondusif untuk ditanami atau dirangsang buat menumbuhkan sel baru, misalnya pasien terlalu tua.
- Punya gangguan pernapasan.
- Pasien diabetes yang menolak berolahraga.
- Menolak berhenti merokok.
- Kemoterapi dan terapi steroid yang pada prinsipnya bertujuan membunuh sel.
Sel punca: terdiri atas tiga jenis, yakni embrio, fetal, dan adult (dewasa). Stem cell diambil dari sel fetal yang memiliki kemampuan membelah dan telah terarahkan menjadi satu jaringan atau organ tertentu. Sel fetal sebenarnya merupakan sel dalam tahapan antara sel embrio dan adult.
Sel embrio, sebagai sel paling muda, memiliki kemampuan besar untuk membelah dan berpotensi menjadi beragam organ. Sel ini berpotensi menjadi sel kanker (karsinogenesis). Sedangkan sel dewasa sudah jelas susunan organnya, namun kemampuan membelahnya terbatas hingga tidak memiliki kemampuan membelah. Stem cell dari fetal lebih aman diinjeksikan ke tubuh manusia karena tidak berpotensi menjadi kanker.
http://www.tempointeraktif.com/hg/kesehatan/2009/11/26/brk,20091126-210633,id.html
Post a Comment