Gerakan Konsumen Indonesia
The only thing necessary for the triumph of evil is for good men to do nothing. (Kejahatan hanya bisa terjadi ketika orang baik tidak berbuat apa-apa). ---Edmund Burke

Bencana Merkuri jangan Sampai Terulang di Aceh

14 Januari 2010, 10:32

Harian ini kemarin mewartakan, pencemaran limbah merkuri (air raksa) yang bersumber dari residu (ampas) pengolahan emas tradisional di Desa Panton Luas, Kecamatan Sawang, Aceh Selatan, sudah sampai pada ambang batas yang mencemaskan. Disebut mencemaskan, karena ribuan warga yang bermukim di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Sawang itu, meliputi Desa Trieng Meuduroe Tunong, Trieng Meuduroe Baroh, Sikulat, Meuligoe, dan Sawang Satu, kini terancam cacat fisik dan mental setelah sekian lama terpapar oleh limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) itu.

Hal yang kurang lebih sama juga terjadi di kawasan Gunong Ujeuen, Kecamatan Krueng Sabee, Aceh Jaya, sebab di tempat ini pun ditemukan batuan yang juga mengandung butiran emas. Di kedua tempat ini, ribuan orang, termasuk dari Pulau Jawa, sedang adu cepat untuk mengumpul batu, tanah, atau pasir yang mengandung emas untuk dioleh (digiling), untuk mendapatkan logam mulia berupa emas. Butiran emas inilah yang dipadatkan, kemudian dijual.

Perputaran uang di Kecamatan Sawang maupun Kecamatan Krueng Sabee dari sektor pertambangan emas secara tradisional ini berkisar antara Rp 500 juta hingga Rp 1 miliar per hari. Dilihat dari aspek ekonomi, penambangan secara tradisional itu sungguh melegakan kita, karena menyedot banyak tenaga kerja. Akan tetapi, daya tarik uang dari bisnis emas ini telah melenakan penduduk setempat, juga para pemburu emas dari luar Aceh, akan bahaya ekologis yang sedang mengancam.

Ancaman bahaya justru datang dari kebiasaan para penambang yang siang-malam mengguyurkan air raksa ke bebatuan atau pasir yang mengandung emas untuk memisahkan butiran emasnya. Limbah merkuri itu kemudian merembes ke tanah dan sebagian besar mengalir ke Krueng Sawang di Aceh Selatan dan ke Krueng Sabee di Aceh Jaya.

Tanah dan sungai, bahkan udara yang terkontaminasi oleh limbah merkuri, disadari atau tidak, adalah sumber bahaya sekaligus malapetaka bagi berbagai jasad hidup, terutama manusia. Penduduk Minamata, Jepang, dan Buyat di Minahasa, Sulawesi Utara, sudah merasakan langsung betapa berbahayanya dampak yang ditimbulkan zat polutan yang bernama merkuri ini. Merkuri masuk ke tubuh manusia lewat pencernaan. Bisa dari ikan, kerang, udang, maupun perairan yang terkontaminasi. Residunya akan menumpuk di ginjal dan sistem saraf. Bila akumulasinya kian tinggi, suatu saat kandungan itu akan mengganggu fisik dan psikis.

Zat yang berbentuk metil merkuri ini sebagian besar akan berakumulasi di otak. Karena penyerapannya besar, maka dalam waktu singkat bisa menyebabkan berbagai gangguan. Mulai dari rusaknya keseimbangan tubuh, tak bisa berkonsentrasi, tuli, dan berbagai gangguan lain seperti yang dialami warga Minamata dan Buyat.

Agar kasus yang memilukan ini tidak terjadi di Aceh, sudah seharusnya pemerintah kabupaten (pemkab) setempat proaktif mengambil langkah-langkah antisipatif. Misalnya, membuat regulasi lokal yang mengharuskan penambang emas tidak sembarang menggunakan merkuri dan membuang limbahnya ke sungai atau ke tanah yang ada pemukimnya. Ada baiknya juga merelokasi tempat-tempat usaha pengolah emas agar tidak berada di sepanjang daerah aliran sungai, mengingat sungai umumnya menjadi sumber air konsumsi masyarakat.

Di luar itu, kepolisian harus pula tanggap dan berani menggunakan UU Lingkungan Hidup untuk menindak tegas siapa pun yang terindikasi mencemari lingkungan di Aceh, apalagi dengan limbah merkuri yang amat mematikan itu. Kita perlu ingat bahwa penyakit Minamata yang disebabkan merkuri, bisa berdampak ke janin yang menurun secara genetis, sehingga keturunannya pun dipastikan teridap penyakit ini. Karena memang bisa dicegah, ya cegahlah sejak dini. Jangan sampai nanti rakyat Aceh meratapi kematian sia-sia atau kecacatan seumur hidup yang mendera warga di daerah-daerah yang tercemar merkuri. Generasi penerus pun akan mengutuk kita karena tak mampu mencegah pencemaran dan mewariskan lingkungan yang sehat dan bersih bagi mereka.

http://www.serambinews.com/news/view/21707/bencana-merkuri-jangan-sampai-terulang-di-aceh
0 comments:

Post a Comment

Selamat Datang

Blog ini diproyeksikan untuk menjadi media informasi dan database gerakan konsumen Indonesia. Feed-back dari para pengunjung blog sangat diharapkan. Terima kasih.

Followers


Labels

Visitors

You Say...

Recent Posts