
Anak-anak dan makanan jajanan merupakan dua hal yang sulit untuk dipisahkan. Anak-anak memiliki kegemaran untuk mengkonsumsi jenis makanan jajanan secara berlebihan, khususnya anak-anak usia sekolah dasar (6-12 tahun). Dalam keseharian banyak dijumpai anak-anak yang selalu dikelilingi penjual makanan jajanan, baik yang ada di rumah, di lingkungan tempat tinggal hingga di sekolah. Makanan jajanan tersedia dan disajikan dalam kemasan plastik maupun makanan cepat saji atau fast food.
Produsen secara langsung atau tidak berpengaruh mendorong perilaku konsumtif di kalangan anak-anak agar produknya digemari dan banyak terjual. Pengaruh-pengaruh tersebut disadari atau tidak sudah ada di sekitar anak-anak. Pengaruh tersebut berasal dari berbagai hal yaitu keluarga, pergaulan teman sekolah, teman bermain dan lingkungan tetangga ataupun promosi dan iklan.
Perilaku anak dalam mengkonsumsi makanan jajanan anak dipengaruhi oleh pengetahuan tentang makanan jajanan anak, pilihan-pilihan makanan jajanan anak, kebiasaan jajan, pemanfaatan uang untuk jajan, Secara umum anak-anak mengetahui makanan jajanan yang sehat dan membahayakan kesehatan, akan tetapi yang mereka konsumsi masih banyak makanan jajanan yang membahayakan kesehatan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku jajan anak yaitu, orangtua dan keluarga, teman, lingkungan, media, tempat jajan, dan pedagang. Untuk itu bagi orangtua dan guru perlu memberikan keteladanan, pendampingan, pemantauan dan tindakan yang nyata kepada anak dalam mengkonsumsi makanan jajanan yang sehat.
Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan di Surakarta, jenis makanan yang disukai oleh anak usia sekolah dasar adalah makanan yang berwarna mencolok, rasanya gurih, dikemas manarik, belum pernah dicoba oleh anak dan memberikan hadiah di dalamnya. Untuk minuman yang disukai adalah yang warnanya mencolok, rasanya manis, menyegarkan dan juga memberikan hadiah.
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa makanan jajanan yang beredar di pasaran banyak mengandung bahan makanan tambahan yang membahayakan kesehatan seperti boraks, penyedap rasa, penyedap aroma dan MsG (Monosodium Glutamat). Banyak produsen bahkan memberikan bahan tambahan yang sebenarnya tidak untuk makanan seperti pewarna kain dengan maksud memberikan penampilan yang menarik. Beberapa produsen makanan juga aktif mempromosikan produknya melalui sekolah-sekolah.
Hal di atas menunjukkan lemahnya perlindungan dan ketidakberdayaan anak sebagai konsumen makanan jajanan. Akibat lemahnya pengetahuan dan kondisi sosial ekonomi, banyak anak menjadi tidak berdaya menentukan pilihan makanan sehari-hari mereka. Ketidakberdayaan anak bukan hanya terbatas pada kemampuan menentukan pilihan yang disebabkan kurangnya informasi atau pengelabuhan informasi, tetapi juga tidak adanya kemampuan untuk menolak suatu produk makanan jajanan yang tidak bermutu bahkan membahayakan jiwa.
By: Dinding Sugiyantoro (Staf Yayasan KAKAK)
07 Apr 2008
Produsen secara langsung atau tidak berpengaruh mendorong perilaku konsumtif di kalangan anak-anak agar produknya digemari dan banyak terjual. Pengaruh-pengaruh tersebut disadari atau tidak sudah ada di sekitar anak-anak. Pengaruh tersebut berasal dari berbagai hal yaitu keluarga, pergaulan teman sekolah, teman bermain dan lingkungan tetangga ataupun promosi dan iklan.
Perilaku anak dalam mengkonsumsi makanan jajanan anak dipengaruhi oleh pengetahuan tentang makanan jajanan anak, pilihan-pilihan makanan jajanan anak, kebiasaan jajan, pemanfaatan uang untuk jajan, Secara umum anak-anak mengetahui makanan jajanan yang sehat dan membahayakan kesehatan, akan tetapi yang mereka konsumsi masih banyak makanan jajanan yang membahayakan kesehatan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku jajan anak yaitu, orangtua dan keluarga, teman, lingkungan, media, tempat jajan, dan pedagang. Untuk itu bagi orangtua dan guru perlu memberikan keteladanan, pendampingan, pemantauan dan tindakan yang nyata kepada anak dalam mengkonsumsi makanan jajanan yang sehat.
Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan di Surakarta, jenis makanan yang disukai oleh anak usia sekolah dasar adalah makanan yang berwarna mencolok, rasanya gurih, dikemas manarik, belum pernah dicoba oleh anak dan memberikan hadiah di dalamnya. Untuk minuman yang disukai adalah yang warnanya mencolok, rasanya manis, menyegarkan dan juga memberikan hadiah.
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa makanan jajanan yang beredar di pasaran banyak mengandung bahan makanan tambahan yang membahayakan kesehatan seperti boraks, penyedap rasa, penyedap aroma dan MsG (Monosodium Glutamat). Banyak produsen bahkan memberikan bahan tambahan yang sebenarnya tidak untuk makanan seperti pewarna kain dengan maksud memberikan penampilan yang menarik. Beberapa produsen makanan juga aktif mempromosikan produknya melalui sekolah-sekolah.
Hal di atas menunjukkan lemahnya perlindungan dan ketidakberdayaan anak sebagai konsumen makanan jajanan. Akibat lemahnya pengetahuan dan kondisi sosial ekonomi, banyak anak menjadi tidak berdaya menentukan pilihan makanan sehari-hari mereka. Ketidakberdayaan anak bukan hanya terbatas pada kemampuan menentukan pilihan yang disebabkan kurangnya informasi atau pengelabuhan informasi, tetapi juga tidak adanya kemampuan untuk menolak suatu produk makanan jajanan yang tidak bermutu bahkan membahayakan jiwa.
By: Dinding Sugiyantoro (Staf Yayasan KAKAK)
07 Apr 2008
Post a Comment