Gerakan Konsumen Indonesia
The only thing necessary for the triumph of evil is for good men to do nothing. (Kejahatan hanya bisa terjadi ketika orang baik tidak berbuat apa-apa). ---Edmund Burke

Susu Formula Tercemar dan Kode Etik Pemasaran

Kontroversi hasil penelitian IPB tentang susu formula tercemar, mengingatkan kita bahwa memang ada persoalan serius dibalik penggunaan susu formula bayi ini. Hasil penelitian IPB tentang sejumlah produk susu formula dan makanan bayi yang tercemar Enterobacter sakazakii, menimbulkan kontroversi terhitung sejak minggu terakhir Februari 2008.
Tanggapan berbagai pihak termasuk dari berbagai kalangan masyarakat, tak urung meningkatkan keresahan masyarakat. Bentuk tanggapanpun bermacam-macam; ada yang melakukan aksi tabur susu formula, mengurangi pembelian susu, dan lain sebagainya. Pemerintah sebagai pihak yang berkewajiban menjamin kesehatan masyarakat—dalam hal ini bayi dan balita—segera menanggapi persoalan tersebut. Sayangnya, berbagai tanggapan yang muncul masih bersifat kontroversi dan belum berhasil memberikan signifikansi pada persoalan penggunaan susu formula yang sesungguhnya. Dialog pemerintah dan IPB baik secara langsung maupun melalui pernyataan-pernyataan pers pun hanya memperuncing perdebatan saja. Pernyataan resmi pemerintah yang salah satunya menyebutkan bahwa “Tidak ada laporan yang menyebutkan adanya bayi yang sakit akibat minum susu formula,” (kompas.com, 29 Februari 2008), justru meninggalkan kesan bahwa mengkonsumsi susu formula aman adanya.

Penggunaan Susu Formula Tidak Tepat Dapat Merugikan
Terlepas dari kontroversi di atas, hasil penelitian IPB ini sebenarnya lebih signifikan untuk meneguhkan berbagai penelitian tentang susu formula sebelumnya di berbagai negara, daripada dijadikan kontroversi dan saling mendebat. Beberapa penelitian atau pengalaman nyata tentang bahaya yang pernah terjadi pada penggunaan susu formula antara lain:
  1. Menurut publikasi World Alliance for Breastfeeding Action (WABA) dalam rangka Pekan Asi se-Dunia 2006) menyatakan bahwa, kasus susu formula tercemar pernah ditemukan paling tidak di Amerika dan Belgia. Dalam pernyataannya WABA menyebutkan Enterobacter sakazakii memang berbahaya dan mematikan jika mencemari susu formula.
  2. Newsletter WABA yang dipublikasikan dalam rangka Pekan ASI Dunia 2006 berjudul Resiko-resiko Pemberian Susu Formula: Catatan Pustaka Ringkas menyebutkan bahwa penggunaan susu formula yang tidak tepat dan terus menerus dapat:
  • Meningkatkan resiko asma.
  • Meningkatkan resiko alergi.
  • Mengurangi perkembangan kognitif anak.
  • Meningkatkan resiko penyakit pernafasan akut.
  • Meningkatkan resiko kerusakan gigi.
  • Meningkatkan resiko infeksi dari susu tercemar.
  • Meningkatkan resiko kekurangan gizi.
  • Meningkatkan resiko kanker pada masa kanak-kanak.
  • Meningkatkan resiko penyakit kronis.
  • Meningkatkan resiko diabetes.
  • Meningkatkan resiko obesitas.
  • Meningkatkan resiko infeksi gastro intestinal.
  • Meningkatkan resiko otitis media dan infeksi telinga.
Resiko-resiko di atas menegaskan bahwa terkontaminasi atau tidak, susu formula bisa jadi merugikan apabila penggunaannya tidak tepat. Namun sangat disayangkan, hal ini justru luput disebutkan di tengah perdebatan pemerintah dan IPB. Penemuan tersebut hanya berhasil membuat masyarakat waspada pada kontaminasi susu formula saja dan tidak meluas pada kesadaran untuk tidak menggunakan susu formula secara tidak tepat. Penggunaan yang tidak tepat pada pemberian susu formula juga mengandung resiko-resiko di masa depan. Susu formula sebenarnya dapat saja digunakan pada kondisi tertentu ketika, ibu terinfeksi HIV, anak piatu sejak lahir dan tidak ada ibu susu (ibu yang menyusui anak orang lain), bayi memiliki masalah metabolisme atau kondisi-kondisi lain di mana bayi memang membutuhkan susu formula.
Isu pencemaran susu formula seharusnya bisa menjadi momentum untuk kembali pada pemberian ASI dan meningkatkan kampanye pemberian ASI dan ASI Eksklusif. Tidak sebaliknya di mana semua pihak terjebak pada semakin berlarutnya kontroversi yang akhirnya gagal menemukan signifikansinya. Salah satu poin pernyataan resmi pemerintah yang menyebutkan pentingnya ASI eksklusif pun akan berlalu sebagai himbauan saja jika fokus masyarakat hanya pada tercemar atau tidaknya susu formula yang biasa mereka konsumsi. Jadi, yang justru penting untuk dimunculkan dari kontroversi ini adalah bahwa fakta E. sakazakii bukan satu-satunya penyebab susu formula berbahaya untuk dikonsumsi.
Kewaspadaan dan keresahan ini sangat mungkin segera reda ketika BPOM dan Depkes RI meyakinkan masyarakat bahwa tidak ada kontaminasi pada produk susu yang beredar di pasaran. Jika kewaspadaan menurun dan keresahan mereda, maka konsumsi susu formula akan dengan sendirinya berlanjut.

Urgensi Penerapan Kode Etik
Agar momentum ini dapat lebih produktif, apa yang sebenarnya lebih signifikan untuk dilakukan? Negara-negara dunia sebenarnya sudah menyepakati serangkaian etika untuk membatasi pemasaran susu formula. Bila etika ini diterapkan secara baik disertai monitoring yang ketat dan terus menerus, maka isu pencemaran susu formula tidak akan sebegitu meresahkan, karena toh susu formula tidak tersedia luas.
Kode Etik atau yang secara Internasional disebut sebagai International Code of Marketing of Breastmilk Substutite menetapkan beberapa etika pemasaran susu formula antara lain sebagai berikut;
  1. Dilarang mempromosikan produk pengganti ASI apapun termasuk botol susu dan dot.
  2. Dilarang mendistribusikan sample gratis atau sample murah.
  3. Dilarang melakukan promosi lewat fasilitas kesehatan.
  4. Dilarang melakukan promosi langsung pada ibu balita.
  5. Dilarang memberikan hadiah atau insentif dalam bentuk apapun pada petugas kesehatan dan keluarganya.
  6. Label harus menggunakan bahasa lokal dan tidak menampilkan gambar yang menonjolkan manfaat susu formula.
  7. Pemerintah hasus memastikan tersedianya informasi yang konsisten dan objektif tentang pemberian makanan pada bayi.
  8. Produsen dan distributor harus mematuhi kode etik (dan seluruh resolusi WHA-World Health Association lainnya) secara mandiri di luar usaha pemerintah untuk menerapkan kode etik.
(Lebih lanjut, lihat: Yayasan KAKAK bekerjasama dengan WABA, Pengawasan Kode Etik, 25 Tahun Melindungi ASI, terjemahan: Sakdiyah Ma’ruf, Surakarta: Yayasan KAKAK, 2006)

Melihat tersedia luasnya susu formula di supermarket, swalayan, pasar tradisional, dan bahkan rumah sakit-rumah sakit, terbukti bahwa masih banyak pelanggaran kode etik yang terjadi. Keresahan masyarakat tentang susu tercemar saat ini pun tidak lepas dari pelanggaran terhadap kode etik. Mengapa demikian? Karena masyarakat terutama ibu bayi sudah terlanjur terbiasa memberikan susu formula pada bayinya sehingga otomatis menjadi resah karena isu ini.
Mengapa ibu tetap memberikan susu formula pada anaknya padahal kampanye ASI Eksklusif pemerintah cukup gencar? Beberapa pengakuan ibu menyebutkan bahwa mereka biasanya diberi sisa susu fomula dari rumah bersalin/tempat melahirkan yang telah diberikan pada bayi mereka ketika baru lahir. Sisa susu ini terus menerus diberikan pada bayi, kadang hanya karena eman-eman (sayang kalau dibuang). Dari satu kasus ini saja, terbukti bahwa pelanggaran kode etik dapat berdampak sangat luas termasuk ke keresahan masyarakat dan lebih lanjut lagi pada kesehatan anak.
Momentum kontroversi publikasi penelitian IPB ini akan sangat strategis jika digunakan untuk melakukan monitoring terhadap penerapan kode etik secara umum bukan hanya monitoring terhadap tercemar atau tidaknya susu yang beredar di pasaran. Lebih lanjut lagi, penting bagi pemerintah untuk memikirkan bagaimana menjadikan kode etik di atas dikuatkan dengan produk hukum dan memiliki sanksi tegas.
Penelitian IBFAN (International Baby Food Action Network) menunjukkan bahwa telah ada 32 negara di dunia yang mengadopsi kode etik sebagai produk hukum nasional. Jadi, bagaimana dengan negara kita Indonesia?

By: Sakdiyah Ma’ruf (Staf Divisi Konsumen Yayasan KAKAK)
0 comments:

Post a Comment

Selamat Datang

Blog ini diproyeksikan untuk menjadi media informasi dan database gerakan konsumen Indonesia. Feed-back dari para pengunjung blog sangat diharapkan. Terima kasih.

Followers


Labels

Visitors

You Say...

Recent Posts