[ Sabtu, 04 Juli 2009 ]
JAKARTA - Meskipun krisis keuangan global cukup memukul sektor riil, namun produsen elektronik asing tidak gentar untuk menanamkan investasinya tahun ini. Buktinya, terdapat lima perusahaan elektronik asing yang siap merealisasikan investasi sebesar USD 153 juta (Rp 1,5 triliun).
Direktur Jenderal Industri Alat Transportasi dan Telematika (IATT) Departemen Perindustrian Budi Darmadi menyatakan, potensi pasar elektronik dan telematika domestik cukup kuat menahan gempuran krisis. Hal ini merangsang prinsipal elektronik untuk terus menambah investasi di Indonesia. "Permintaan yang besar membuat mereka sangat tertarik untuk mengembangkan pasar," ujar Budi di kantornya kemarin (3/7).
Produsen asing, kata dia, memiliki keyakinan, pasar elektronik dan telematika nasional di Indonesia cukup cerah. Hal itu ditopang oleh besarnya populasi dan pertumbuhan ekonomi yang masih positif. Pasar elektronik di dalam negeri tahun ini diprediksi mencapai angka Rp 20 triliun. "Yang kontraksi adalah pasar ekspor karena negara-negara tujuan terkena krisis. Nilainya turun sekitar 5 persen," terangnya.
Menurut data Departemen Perindustrian, produsen ponsel asal Korea Yu Won telah menanam modal USD 10 juta untuk membangun pabrik ponsel berbasis CDMA (code division multiple acces) di Banten dengan merek Yucom. Lantas, perusahaan elektronik asal Korea, Samsung, melalui anak usahanya PT Samsung Electronics Indonesia berencana membangun pabrik telepon seluler dan perekam video senilai USD 100 juta.
Di sektor elektronik konsumsi, PT Teko Machinery and Electronic Co yang berbasis di Taiwan telah menginvestasikan dana sebesar USD 25 juta untuk membangun pabrik mesin fotokopi. Langkah ini diikuti oleh Changhong Electronic Corp yang memperluas lini produksi kulkas dan mesin cuci dengan nilai investasi mencapai USD 8 juta. Lalu, TCL Corp berinvestasi USD 10 juta untuk membangun pabrik pendingin ruangan, televisi dan kulkas.
Budi menyatakan, dana investasi kebanyakan digunakan untuk membeli mesin las dan cetak dalam rangka merilis produk baru. Dia mengaku beberapa produsen bahkan telah meyampaikan rencana investasi lain secara lisan ke pemerintah. "Seperti Samsung, dirut mereka yang baru punya pengalaman membangun pabrik handphone di Tiongkok. Meski ini masih rencana dan belum realisasi tapi kita berharap segera terlaksana," lanjutnya.
Menurut Budi, langkah pemerintah merilis Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No 56/2008 tentang Ketentuan Impor Produk Tertentu mampu merangsang produsen asing dan lokal untuk menambah investasi. Aturan ini terbukti mampu mengangkat omzet produk yang dibuat di dalam negeri. "Mereka yang selama ini menikmati impor, sekarang memilih membangun pabriknya di Indonesia karena lebih murah," ungkapnya.
Meskipun beberapa sektor industri menunjukkan pertumbuhan yang negatif, akan tetapi industri elektronik nasional dipandang cukup aman dari dampak krisis keuangan global. Menurut data EMC (Electronic Mareketing Club), penjualan elektronik per April 2009 meningkat 5 persen menjadi Rp 5,924 triliun dibanding periode sama tahun lalu sebesar Rp 5,635 triliun. "Ini menunjukkan pasar domestik kita masih cukup kuat," jelasnya. (wir/kim)
http://www.jawapos.com/
Post a Comment