Rabu, 29/07/2009 13:09 WIB
oleh : Nurudin Abdullah
JAKARTA (bisnis.com): Ancaman krisis air minum di Jakarta dan daerah lain di Tanah Air bukan disebabkan pasok air baku yang menyusut melainkan karena perilaku buruk manusia terhadap lingkungan yang terkait dengan sumber daya alam tersebut.
Dorojatun Kuncorojakti, Ketua Penasehat Persatuan Perusahaan Air Minum Seluruh Indonesia (Perpamsi), mengatakan perilaku buruk manusia yang bernyebabkan air baku berkurang a.l. penebangan hutan dan kegiatan pembangunan yang menggerus daerah resapan air.
Selain itu, lanjutnya, produksi air minum membutuhkan banyak energi yang kini semakin terbatas dan mahal harganya, sehingga berdampak langsung meningkatkan tarif air.
"Maka solusinya adalah efisiensi, baik operator air minum maupun konsumen harus bersama-sama mengusahakan efisiensi sehingga tarif air minum dapat lebih murah," katanya, hari ini.
Dia mengemukakan hal itu pada workshop tingkat nasional bertema Efisiensi dan Audit Air dalam Rangka Peningkatan Kinerja Perusahaan Daerah Air Minum di Jakarta.
Sementara itu, Ketua Badan Pendukung Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum Departemen Pekerjaan Umum Rachmat Karnadi mengatakan tingkat efisiensi pengelolaan air minum dapat dilakukan dengan menekan level kehilangannya.
Tingkat kehilangan air minum hampir seluruh PDAM di Indonesia, menurut hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan pada 2007, mencapai 34%.
Namun, kondisi riil sekarang menunjukkan tingkat kehilangan air (non revenue water) sebesar 38% yang terdiri dari faktor konsumsi resmi tak berekening 2%, kehilangan komersial 11% dan kehilangan air fisik 25%.
Dalam kasus wilayah Jakarta, menurut dia, untuk menekan tingkat kehilangan air fisik sebesar 25% relatif sulit karena banyak jaringan pipa air bersih yang tertutup dengan timbunan permanen.
"Tetapi untuk menekan kehilangan komersial sekitar 11% itu relatif mudah dilakukan dengan efektifitas penarikan rekening pelanggan atau perbaikan meteran yang rusak," ujarnya.
Senada dengan Rachmat, Ketua Perpamsi Jakarta M. Haryadi Priyohutomo, mengatakan air baku untuk instalasi pengolahan air minum milik PT PAM Lyonnaise Jaya dan PT Aetra Air Jakarta kondisinya semakin buruk akibat tingginya pencemaran limbah. Air baku dari asal sumbernya masih bagus, tetapi dalam perjalanan melalui kanal banyak tercemar limbah rumah tangga dan industri di sepanjang aliran tersebut, sehingga biaya pengolahannya meningkat.
"Kondisi air baku dengan tingkat pencemaran limbah yang sangat tinggi itu menjadi salah satu sebab biaya produksinya tidak efisien," jelasnya.(er)
http://web.bisnis.com/sektor-riil/properti/1id130172.html
Post a Comment