Selasa, 14 Juli 2009 | 22:56 WITA
Makasar, Tribun -- Ratusan pedangang pasar tradisional menggelar unjuk rasa di gedung DPRD Kota Makassar, Senin (13/7). Mereka mengantarkan Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Pasar Lokal dan Penataan Psat Perbelanjaan dan Toko Modern di Makassar.
Ranperda yang mereka bawa itu sebagai ranperda tandingan atas ranperda tentang penataan pasar tradisional dan modern yang masih dalam tahap pembahasan di DPRD Kota Makassar.
Ranperda tandingan tersebut merupakan hasil rumusan serta masukan sejumlah pihak yang kemudian disusun Active Society Institute (AcSI) bersama perwakilan asosiasi pedagang pasar lokal di Makassar.
Para demonstran itu terdiri para pedagang yang tergabung dalam Persaudaraan Pedagang Pasar Terong (Sadar), Asosiasi Pedagang Kaki Lima Makassar Mall (Aspek 5), KUKMI Pasar Daya, dan sejumlah pedagang Pasar Pa'baeng-baeng.
Sebelum menyampaikan rancangan tersebut, para demonstran terlebih dahulu melakukan konvoi mulai dari Pasar Terong hingga ke DPRD Makassar dengan membagi-bagikan selembaran berisi pernyataan sikap mereka kepada sejumlah pengguna jalan.
"Ranperda yang saat ini dibahas di DPRD Makassar terdapat banyak kekurangan. Di antaranya belum adanya kepastian mengenai zona atau jarak antara pasar tradisonal dan pasar modern serta tidak adanya jaminan kepada pedagang lokal yang direlokasi," ujar salah seorang demonstran.
Selain itu, mereka juga menilai dalam ranperda yang tengah dibahas tersebut tidak dicantumkan adanya kemudahan akses permodalan bagi pedagang, khususya bagi pedagang kecil. Mereka juga menginginkan perwakilan pelaku pasar tradisonal, dilibatkan dalam penyusunan ranperda tersebut.
Beberapa perwakilan dari demonstran tersebut diterima Hasyim Ramlan dari Komisi B DPRD Kota Makassar. "Kami akan mempertimbangkan ranperda usulan para pedagang pasar tradisional," ujar Hasyim.(cr3/nda)
Bakar Polwan dan Legislator
UNJUK rasa yang dilakukan para pedagang tradisional tersebut berlangsung simpatik. Sebelum massa tersebut memasuki pelataran gedung DPRD, mereka terlebih dahulu disambut dengan aksi kesenian paraga yang memperlihatkan kemahiran mempermaikan bola yang dibuat dari rotan.
Tidak hanya itu, mereka juga menampilkan atraksi membakar tubuh seorang polisi wanita (polwan), anggota dewan, dan jurnalis. Hebatnya, mereka yang dibakar obor api itu sedikit pun merasa kepanasan apalagi sampai tubuhnya melepuh.
"Bagus tonggi demonya tawwa, selain damai, mereka juga menyiapkan paraga dan ini lumayan menghibur," ujar seorang polisi dari Satuan Intelejen dan Keamanan Polresta Makassar Timur yang berjaga-jaga di halaman gedung DPRD Kota Makassar, kemarin.
http://www.tribun-timur.com/read/artikel/38530
Post a Comment