Gerakan Konsumen Indonesia
The only thing necessary for the triumph of evil is for good men to do nothing. (Kejahatan hanya bisa terjadi ketika orang baik tidak berbuat apa-apa). ---Edmund Burke

Berhemat, Pola Belanja Bergeser, Masyarakat Pilih Pasar Tradisional

Kamis, 6 Agustus 2009 | 8:49 WIB

SURABAYA-SURYA- Pola belanja masyarakat mulai mengalami pergeseran, dari semula belanja di pasar moderen beralih ke pasar tradisional yang lokasinya lebih dekat dengan pemukiman masyarakat selama masa krisis terakhir.

Pergeseran ini didasarkan pada hasil survei The Nielsen Company (AC Nielsen) di Indonesia. Manager Ritel & Mechandishing AC Nielsen Richard Tantama mengatakan, pergeseran pola belanja masyarakat itu sebagian besar terjadi di pasar moderen hypermarket.
“Ini sebagai dampak langkah penghematan masyarakat, karena jika belanja di pasar moderen hypermarket dinilai lebih besar pengeluarannya,” kata Richard, dalam pemaparan hasil survei peta ritel di Surabaya, Rabu (5/8).

Meski demikian, lanjut Richard, bukan berarti terjadi penurunan nilai transaksi belanja di pasar moderen hypermarket. Ini karena saat belanja di hypermarket masyarakat akan mengeluarkan dana lebih besar untuk keperluan beberapa hari.

Dengan demikian, terjadinya pola pergeseran tersebut sebenarnya tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap perputaran nilai transaksi. “Hasil survei ini memang cukup mengejutkan. Karena ternyata antara pasar moderen dan pasar tradisional tidak ada yang saling mematikan atau mengalahkan karena pola belanja yang mulai bergeser ini,” ucapnya.

Richard menjelaskan, strategi jemput bola dari pedagang keliling kebutuhan pokok rumah tangga yang mendekati konsumen telah membuat peta pasar sedikit berubah. Pertumbuhan penjualan pedagang kebutuhan keliling terus meningkat di kisaran 2 persen per tahun, namun belanja di pasar tradisional justru turun 2 persen dan di pasar moderen turun 3 persen.

“Itu rata-rata total penurunan. Apabila dirinci lagi, penurunan belanja per komoditi bisa lebih besar lagi,” tukas Richard.

Terkait nilai transaksi belanja masyarakat Indonesia, diperkirakan mencapai Rp 70 triliun per tahun di luar barang segar dan sembako, serta rokok. Dari nilai itu, sekitar 80 persen transaksi dilakukan di toko tradisional (pasar tradisional) yang jumlahnya mencapai 2 juta toko dan 20 persen di toko moderen (pasar moderen) yang jumlahnya 12.000 toko moderen.

Optimistis Tumbuh
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Jatim Abraham Ibnu mengatakan, hasil survei pasar ritel oleh AC Nielsen memang betul adanya. Ini terlihat dari kecenderungan penurunan jumlah kunjungan di pasar moderen, meski nilai transaksi mengalami pertumbuhan.
“Artinya, masyarakat telah mengurangi kunjungan belanja di pasar moderen tetapi sekali belanja dalam jumlah besar untuk keperluan beberapa hari,” kata Abraham.

Karena itu, pihaknya tetap optimistis target transaksi belanja di pasar moderen di Jatim pada tahun ini yang mencapai Rp 13 triliun bakal tercapai. Apalagi hingga Juni, nilai transaksi di pasar moderen telah berkisar 55-60 persen.

“Kekurangan target nilai transaksi itu akan bisa tercapai saat Ramadan atau Lebaran mendatang. Bahkan target itu bisa terlampaui hingga akhir 2009,” tutur Abraham, yang saat ini memiliki anggota 125 perusahaan ritel dengan 1.900 toko moderen di Jatim. aru

Tempat Belanja Masyarakat Surabaya
————————————————————————————————–
Komoditi Pasar Tradisional Pasar Moderen Pedagang Keliling
————————————————————————————————–
Sayur Mayur 48 persen 11 persen 20 persen
Daging 59 persen 6 persen 25 persen
Ikan 63 persen 3 persen 25 persen
——————————————————————————————–
sumber: survei AC Nielsen

http://www.surya.co.id/2009/08/06/berhemat-pola-belanja-bergeser-masyarakat-pilih-pasar-tradisional.html
0 comments:

Post a Comment

Selamat Datang

Blog ini diproyeksikan untuk menjadi media informasi dan database gerakan konsumen Indonesia. Feed-back dari para pengunjung blog sangat diharapkan. Terima kasih.

Followers


Labels

Visitors

You Say...

Recent Posts