Gerakan Konsumen Indonesia
The only thing necessary for the triumph of evil is for good men to do nothing. (Kejahatan hanya bisa terjadi ketika orang baik tidak berbuat apa-apa). ---Edmund Burke

Mengamati Kinerja Kamera Thermal

03 Agustus 2009

Ketika wabah flu babi melanda dunia, ada satu peranti canggih yang
tiba-tiba populer. Itulah kamera thermal (thermal imaging camera) yang sekarang dipasang di sejumlah bandara di berbagai kota dunia, tak terkecuali di Indonesia. Bagaimana cara kerja kamera ini?

KAMERA thermal memang sengaja diciptakan untuk memantau apakah ada seseorang atau sekelompok orang dengan suhu tubuh tinggi. Seseorang dengan suhu tubuh tinggi jelas sedang tidak sehat.

Dalam konteks sekarang, ketika wabah flu babi (virus H1N1) telah memasuki fase pandemi, orang dengan suhu tubuh tinggi acapkali dicurigai mengidap penyakit tersebut. Dan itu sah-sah saja, mengingat tindakan preventif lebih baik daripada tindakan kuratif.

Pemasangan kamera thermal di bandara jelas membantu petugas dalam memeriksa penumpang yang baru saja mendarat, terutama dari mancanegara. Petugas pemeriksa tak perlu menghentikan langkah penumpang, kemudian memeriksa tubuh mereka satu persatu menggunakan alat pengukur suhu (thermometer).

Kamera thermal jelas berbeda dari kamera biasa. Kamera biasa hanya mampu merekam cahaya dan mencerminkan objek, sehingga menjadi gambar yang terekam. Sedangkan kamera thermal didesain agar menjadi supersensitif terhadap panas.

Karena fungsinya memang khusus, yaitu mendeteksi orang-orang dengan suhu tubuh tinggi dan dicurigai mengidap penyakit, kamera ini tetap dapat bekerja dalam kegelapan. Selanjutnya, hasil rekaman akan muncul dalam monitor yang menggambarkan panas tubuh seseorang.

”Kamera ini dapat memberikan gambaran secara detil mengenai bagian tubuh mana saja yang panas. Sistem pada kamera ini amat sensitif, bahkan mampu mengukur suhu tubuh sampai derajat terendah dalam hitungan Fahrenheit,” kata Prof Andrew Sarangan, ahli elektro-optik dari University of Dayton, yang ikut dalam tim perancang kamera thermal.

Sejak 2002

Sebenarnya kamera thermal sudah digunakan sejak tahun 2002, ketika wabah SARS (Sindrome Saluran Pernafasan Akut) melanda dunia. Saat itu, negara-negara yang sudah memasangnya antara lain Singapura dan China.

Kebetulan China dituding sebagai biang penyebaran virus SARS, terutama melalui perdagangan unggas dalam keadaan hidup. Dan Singapura menjadi salah satu negara dengan jumlah penduduk yang paling banyak mengidap SARS, terutama mereka yang barusan pulang dari China.

Namun, kamera ini hanya mendeteksi suhu tubuh, bukan mendeteksi apakah seseorang positif tertular flu babi atau penyakit lainnya. Meski demikian, hal ini tetap membantu mencegah berbagai kemungkinan terburuk terkait dengan penularan penyakit berbahaya.

Setidaknya, petugas pemeriksa akan segera membawanya ke klinik bandara untuk pemeriksaan lebih lanjut. Apabila diketahui positif mengidap virus H1N1, setidaknya bisa dikarantina terlebih dulu agar virus tak menular kepada orang-orang sehat di bandara.

Saat ini ada beberapa pabrikan yang telah merilis kamera spesial tersebut, antara lain Irisys dan Flir System Inc. ”Sejumlah bandara di kota-kota besar dunia telah menggunakan produk kami,” kata Alan Thomson, direktur penjualan Irisys untuk wilayah Inggris.

Kamera Irisys yang standar dijual seharga 3.000 dolar AS/unit. Sedangkan harga kamera dengan resolusi tinggi lebih mahal, 10.000 - 15.000 dolar AS.

Cara Kerja

Gambar dari kamera pendeteksi panas dimunculkan pada layar dengan menampilkan objek yang lebih panas berwarna lebih terang. Menurut Andrew Sarangan, tingkat sensitivitasnya terhadap panas bisa mencapai 1 derajat Fahrenheit (0,37 derajat Celsius).

Kamera Irisys, misalnya, mampu memvisualkan gambar objek untuk menghasilkan sebuah ”foto panas” dari objek tersebut. Gambar akan ditampilkan pada layar di bagian belakang kamera, mirip dengan kamera standar di pasaran.

Tetapi kalau diperlukan, hasil rekaman ini bisa disambungkan dengan komputer sehingga pada layar komputer akan terlihat apa yang telah direkam kamera.

Sebuah pointer otomatis akan menunjukkan daerah terpanas dari gambar. Biasanya muka seseorang, karena bagian ini sama sekali tidak terlindungi oleh pakaian.

”Kami sudah mendapatkan order kamera dari berbagai pihak. Bukan hanya dari pengelola bandara saja, tapi juga sejumlah operator pabrik,” kata Tony Trunzo, senior vice president Flir Systems Inc, yang bermarkas di Oregon,
Kamera buatan Flir mengalami peningkatan kemampuan secara signifikan sejak virus SARS merebak.

Meski harganya relatif murah, kamera ini memiliki resolusi yang lebih tinggi. Kamera Flir juga bisa mendeteksi dengan baik suhu tubuh orang per orang dalam satu waktu yang sama. (S Mulyani-32)

http://www.suaramerdeka.com/
0 comments:

Post a Comment

Selamat Datang

Blog ini diproyeksikan untuk menjadi media informasi dan database gerakan konsumen Indonesia. Feed-back dari para pengunjung blog sangat diharapkan. Terima kasih.

Followers


Labels

Visitors

You Say...

Recent Posts