Gerakan Konsumen Indonesia
The only thing necessary for the triumph of evil is for good men to do nothing. (Kejahatan hanya bisa terjadi ketika orang baik tidak berbuat apa-apa). ---Edmund Burke

Daerah Wajib Dirikan TK/SD RSBI

Thursday, 17 September 2009

JAKARTA - Depdiknas meminta bupati/wali kota untuk mendirikan rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI) jenjang TK/SD. Dalam UU No 23 Tahun 2003 tentang Sisdiknas disebutkan bahwa setiap kabupaten/kota wajib mendirikan satu sekolah RSBI untuk semua jenjang pendidikan. Mulai TK hingga SMA.

Kenyataannya, hingga kini, untuk jenjang TK/SD RSBI terpadu, baru ada 30 unit di Indonesia. Di antaranya, di Malang dan Magetan (Jatim), Banjarmasin dan Banjar Baru (Kalsel), NTB, Sleman (Jogjakarta), Blora (Jateng), Lampung Selatan, dan Polewali Mandar (Sulawesi Barat).

Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah (Mandikdasmen) Suyanto mengatakan, pada 2014 ditargetkan semua kota di Indonesia memiliki satu sekolah RSBI di setiap jenjang. Hal itu dimaksudkan untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. ''Maka, dibukalah rintisan SBI. Dalam waktu lima tahun, rintisan itu harus sudah menjadi SBI,'' ujarnya kemarin (14/9).

Saat ini, kata dia, daerah masih fokus untuk membuka SMA dan SMP RSBI. Baru beberapa daerah yang mulai membuka TK/SD RSBI. Ditjen Mandikdasmen berharap bupati/wali kota menaruh perhatian pada program itu dan mengalokasikan anggaran untuk membuka TK/SD RSBI tahun depan. ''Kalau berpijak pada UU, daerah diberi waktu 10 tahun untuk memenuhi amanat tersebut,'' terangnya. Artinya, pada 2013 semua daerah di tanah air harus sudah memiliki TK/SD RSBI.

Dia menjelaskan, syarat TK/SD RSBI sebenarnya mirip dengan SMP dan SMA RSBI. Di antaranya, sebelumnya sekolah harus berstatus sekolah standar nasional (SSN), 30 persen kualifikasi pengajar S-2, memakai bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar beberapa mata pelajaran tertentu, menerapkan sistem e-learning pada pembelajaran, dan kurikulum pendidikan mengadopsi kurikulum internasional.

Lalu, apa yang membedakan TK biasa dan RSBI? Menurut Suyanto, TK RSBI memiliki perspektif internasional. Yaitu, lebih mengutamakan bermain pada siswa daripada menuntut anak belajar banyak hal. Siswa diajari mengenal lingkungan dan toleransi antarsesama. ''Tidak ada pelajaran berhitung karena belum waktunya,'' ujarnya.

Saat ini, kata dia, banyak TK yang salah kaprah dalam memberikan pelajaran. Mereka kerap menekankan pelajaran berhitung dan membaca. ''Ironisnya, ada yang mensyaratkan itu agar bisa masuk sekolah,'' jelasnya. Sebab, hal itu malah berpengaruh buruk pada perkembangan otak anak.
Paradigma pendidikan yang keliru tersebut coba diluruskan lewat program TK RSBI. ''Output yang dihasilkan adalah siswa kreatif dan berkemampuan plus jika dibandingkan dengan TK biasa,'' katanya. (jpnn)

http://www.malutpost.com/
0 comments:

Post a Comment

Selamat Datang

Blog ini diproyeksikan untuk menjadi media informasi dan database gerakan konsumen Indonesia. Feed-back dari para pengunjung blog sangat diharapkan. Terima kasih.

Followers


Labels

Visitors

You Say...

Recent Posts