Gerakan Konsumen Indonesia
The only thing necessary for the triumph of evil is for good men to do nothing. (Kejahatan hanya bisa terjadi ketika orang baik tidak berbuat apa-apa). ---Edmund Burke

Pengobatan Alternatif Makin Marak

Kamis, 10 September 2009 | 18:27 WIB

Laporan wartawan KOMPAS Eny Prihtiyani

BANTUL, KOMPAS.com - Semakin mahalnya biaya pengobatan medis di rumah sakit membuat masyarakat memilih jalur pengobatan alternatif. Praktek pengobatan ini marak dalam beberapa tahun terakhir dan sebagian tidak dilengkapi dengan surat izin praktek atau sura t tanda daftar praktek.

Kepala Bidang Sumber Daya Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul, Agus Budi Raharja mengatakan jumlah pengobatan alternatif yang terdaftar di instansinya baru berkisar 44 tempat. Padahal, jumlah praktek pengobatan alternatif mencapai ratusan. Sebagian besar berupa praktek gurah dan pijat refleksi.

Dia mengatakan, sampai sekarang Bantul belum memiliki peraturan daerah (perda) yang mengatur tentang praktek pengobatan alternatif. Untuk sementara acuan yang dipakai adalah Peraturan Menteri Kesehatan, meski sifatnya sangat umum.

"Kami sudah mengajukan usulan rancangan perda. Usulan tersebut kami anggap penting supaya ada aturan jelas. Praktek mereka harus berizin dan tidak melanggar kaidah yang ada. Aturan ini juga dimaksudkan untuk melindungi masyarakat," katanya.

Menurut Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul, dr Siti Noor Zaenab Syech Said, menjamurnya praktek pengobatan alternatif bukan berarti masyarakat tidak mempercayai lagi pengobatan medis. Mereka pilih ke alternatif mungkin pertimbangan biaya, ketidaksiapan psikis. Alternatif juga dipilih karena dokter sudah menyerah, katanya.

Lebih lanjut Zaenab mengatakan pengobatan medis berpijak pada bukti medis sementara pengobatan alternatif sebagian besar menggunakan kekuatan supranatural atau doa-doa. Keputusan untuk menentukan pilihan adalah wewenang pasien.

Bambang (35), seorang penderita ambeien mengaku memilih pengobatan alternatif karena pertimbangan biaya dan faktor ketakutan akan operasi. Ketika memeriksakan diri ke rumah sakit dia divonis untuk operasi dengan biaya sekitar Rp 5 juta. Biaya tersebut baginya terlalu memberatkan.

"Makanya saya pilih pengobatan alternatif. Selain lebih murah saya juga lebih nyaman. Saya termasuk orang yang takut dengan jarum dan alat-alat bedah. Begitu mendengar keputusan operasi saya langsung takut dan mencari penyelesaiannya lain yakni dengan pengobatan alternatif," katanya.

http://kesehatan.kompas.com/read/xml/2009/09/10/18275077/Pengobatan.Alternatif.Makin.Marak
0 comments:

Post a Comment

Selamat Datang

Blog ini diproyeksikan untuk menjadi media informasi dan database gerakan konsumen Indonesia. Feed-back dari para pengunjung blog sangat diharapkan. Terima kasih.

Followers


Labels

Visitors

You Say...

Recent Posts