Gerakan Konsumen Indonesia
The only thing necessary for the triumph of evil is for good men to do nothing. (Kejahatan hanya bisa terjadi ketika orang baik tidak berbuat apa-apa). ---Edmund Burke

Mengubah Sampah Kota Menjadi Rupiah

3 November 2009, 12:01

DERU mesin penggiling plastik (crusher) di pabrik mini pengolahan sampah plastik di Desa Panteriek, Kecamatan Luengbata, Banda Aceh, setiap hari terdengar sejak pukul 08.00 WIB hingga sore hari. Tiga perempuan paruh baya tampak sibuk membersihkan botol-botol bekas air minum kemasan yang menggunung di dekat mereka, sambil bercengkrama dengan derasnya suara suara mesin.

Dua pekerja laki-laki bolak-balik membawa plastik yang telah dibersihkan dan dipotong crusher untuk dijemur. Mirza, Kepala Seksi Pengolahan Sampah Plastik di pabrik tersebut mengatakan, setiap hari dari pabrik mini ini bisa menghasilkan 120 kilogram plastik yang sudah siap digiling dan 100 kilogram botol air minum kemasan yang sudah dibersihkan.

“Plastik yang sudah digiling ini dijual ke Medan, keuntungannya sangat lumayan. Kami beli Rp 1.500/kilogramnya, jika sudah digiling bernilai Rp 9.000/kilogram, sedang botol yang hanya dibersihkan saja kami jual Rp 6.000 ke Medan,” kata dia. Pabrik mini yang berdiri di area seluas 1.000 meter persegi ini dikelola oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Banda Aceh. Kepala DKP Kota Banda Aceh, T Iwan Kesuma memastikan keberadaan pabrik ini sangat menguntungkan Kota Banda Aceh. “Peluang dan prospek bisnis sampah daur ulang sangat cerah. Hampir semua perusahaan, pabrik bijih, pelet plastik daur ulang plastik maupun produk jadi membutuhkan bahan baku plastik daur ulang yang cukup tinggi,” ujar dia.

Usaha ini, tambah T Iwan sangat banyak menyerap tenaga kerja, mulai dari tenaga sortir plastik, tenaga giling, tukang pres, tukang jemur, sampai staf administrasi dan keuangan. “Sehari-hari pabrik ini menampung 200 kilogram bahan baku plastik bekas. Sebagian kecil pemulung ada yang mengantar langsung ke sini, atau staf pemasaran yang mendatangi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Gampong Jawa untuk membeli bahan baku dari pemulung dan pengumpul yang mangkal di sana,” papar T Iwan.

Selain perspektif bisnis, lanjut dia, usaha daur ulang sampah plastik ini juga menjawab permasalahan sampah non organik Kota Banda Aceh, dan mendukung Kota yang memperoleh penghargaan Adipura ini untuk mempertahankan prestasinya. “Sampah plastik, jika dibiarkan akan menjadi timbunan yang tinggi karena tidak dapat terurai secara alami. Kota Banda Aceh akan menjadi semakin bersih karena para pemulung bersemangat membersihkan kota yang mendapat hadiah Adipura ini, karena sekarang sampah plastik bisa diubah menjadi rupiah di Kota Banda Aceh,” kata Iwan.

Ia berharap dua mesin lainnya yang dimiliki pabrik ini bisa segera dioperasionalkan. “Kami memiliki mesin recycling granulator sederhana pembuat bijih plastik atau pelet. Jika mesin ini sudah beroperasi maka pabrik ini juga bisa memproduksi sapu plastik dan alat pel. Bisa dibayangkan akan lebih banyak lagi tenaga kerja terserap,” pungkas Iwan.(ami)

http://www.serambinews.com/news/mengubah-sampah-kota-menjadi-rupiah
0 comments:

Post a Comment

Selamat Datang

Blog ini diproyeksikan untuk menjadi media informasi dan database gerakan konsumen Indonesia. Feed-back dari para pengunjung blog sangat diharapkan. Terima kasih.

Followers


Labels

Visitors

You Say...

Recent Posts