Gerakan Konsumen Indonesia
The only thing necessary for the triumph of evil is for good men to do nothing. (Kejahatan hanya bisa terjadi ketika orang baik tidak berbuat apa-apa). ---Edmund Burke

Balai Proteksi Kembangkan Pestisida Nabati

Rabu, 30 Desember 2009

BANDAR LAMPUNG (Lampost): Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura mengembangkan pestisida nabati sebagai upaya pengendalian hama terpadu. Selain aman dan murah, pestisida nabati memiliki tiga keunggulan, yakni sebagai zat penarik, (antractant), pembunuh (racun kontak), dan penolak makan (anti-feedant).

"Pestisida nabati ini, efektif membunuh, menolak, mengikat, dan menghambat pertumbuhan organisme pengganggu tumbuhan (OPT)," kata Kepala Balai Proteksi TPH, Rusdiwiyanto, pada Musyawarah Koordinasi Penyuluh Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan, di Bandar Lampung, Selasa (29-12).

Kebijakan UPTD yang bernaung di bawah Dinas Pertanian TPH Lampung itu mengembangkan pestisida nabati karena banyak menguntungkan petani. "Pestisida nabati dapat diproduksi sendiri oleh petani, ramah lingkungan, aplikasinya mudah, dan aman. Selain itu, efek samping atau residual effects pada produk dan lingkungan tidak ada yang membahayakan. Dan yang paling penting, prinsip ekologi pertanian tetap dapat dipertahankan," kata Rusdiwiyanto.

Namun, pengembangan pestisida ini masih diadang sejumlah kendala. Misalnya, bahan baku dalam jumlah banyak sulit didapat. Frekuensi penggunaannya harus lebih sering, karena residunya rendah dan mudah degradasi. "Larutannya juga tidak bisa disimpan lama dan kandungan bahan aktif bervariasi pada tanaman yang sama. Hal ini dipengaruhi umur tanaman, jenis tanah, ketinggian tempat, waktu panen, dan penyimpanan," kata dia.

Musuh Alami

Selain pestisida nabati, Balai Proteksi juga memanfaatkan musuh alami (agen hayati) dalam pengendalian hama terpadu. Pengendali Muda OPT Balai Proteksi, Sumardiyono, mengatakan agen hayati yang dikembangkan di Lampung yakni mikroorganisme patogen serangga seperti bakteri, cendawan, dan virus. Kemudian, antagonis patogen tumbuhan seperti bakteri dan cendawan.

"Agen hayati ini banyak dikembangkan di Lampung terutama oleh alumni sekolah lapang PHT," kata Sumardiyono.

Pengendali OPT ini lebih dikenal dengan sebuatan pestisida mikroba (biopestisida). Karakteristiknya antara lain bekerja relatif selektif, mudah terurai, relatif tidak berbahaya sehingga aman bagi manusia. MIN/K-3

Patogen serangga yang dikembangkan di Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit, Balai Proteksi TPH Lampung, adalah cendawan Metarrhizium anisopliae. "Cendawan ini memiliki kapasitas reproduksi tinggi, siklus hidup pendek, dan dapat membentuk spora yang bertahan lama. Namun, keberhasilannya sebagai pengendali hama sangat dipengaruhi faktor lingkungan seperti suhu, kelembapan, dan sinar matahari," kata Sumardiyono.

Cendawan ini berkembang di tubuh biang dan menyerang seluruh jaringan tubuh sehingga serangga mati. Serangga yang menjadi sasarannya, yakni kepinding tanah, wereng batang cokelat, walang sangit, kepik hijau, dan ulat pemakan daun. "Gejala serangga yang terserang akan mati dengan tubuh mengeras seperti mumi," kata dia.

http://www.lampungpost.com/cetak/berita.php?id=2009123001205617
0 comments:

Post a Comment

Selamat Datang

Blog ini diproyeksikan untuk menjadi media informasi dan database gerakan konsumen Indonesia. Feed-back dari para pengunjung blog sangat diharapkan. Terima kasih.

Followers


Labels

Visitors

You Say...

Recent Posts