Senin, 28 Desember 2009 | 14:09 WIB
Hanya Genjer Belum Organik
MAKIN hari, masyarakat makin peduli bagaimana hidup sehat. Menyadari kesehatan adalah investasi jangka panjang, banyak orang mulai menerapkan gaya hidup sehat dalam kesehariannya, terutama dalam hal memilih apa yang dimakan. Tren mengonsumsi makanan organik pun terus meningkat.
Tak banyak restoran yang menyediakan makanan organik. Dari yang sedikit itu, Warung Daun bisa disebut sebagai salah satu pelopor. Sejak tahun 2004, Warung Daun sudah menyediakan makanan organik.
Restoran itu kini berada di tiga tempat elit di Jakarta, yakni Jalan Wolter Monginsidi, Jalan Pakubuwono (keduanya di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan), dan Jalan Cikini Raya, Jakarta Pusat. Memang tidak melulu makanan organik yang disajikan, ada juga yang nonorganik. Konsumen bisa memilih karena ada tandanya, mana yang organik dan nonorganik.
“Dari beras hingga sayur-sayuran, kecuali genjer, sudah organik. Genjer tidak bisa organik karena hidup di rawa, sulit untuk membersihkan dari pestisida atau limbah. Sayuran lainnya sudah organik,” kata pemilik Warung Daun, Hariyanto Prayitno (52), yang ditemui Warta Kota, belum lama ini.
Perkenalannya dengan makanan organik diawali dengan pengalaman sendiri yang mengkonsumsi makanan organik di rumah. Tahun 1990-an, ia menderita sakit tenggorokan karena syarafnya ada yang terjepit. Untuk mengurangi sakitnya, dokter menyarankan agar mengonsumsi makanan organik.
Maka ketika membuka restoran pun, akhirnya Hariyanto memilih makanan organik. Maksusnya agar kesadaran masyarakat akan lingkungan semakin tinggi.
Untuk mendapatkan pasokan bahan pangan yang benar-benar organik, Hariyanto mendapatkan dari suplier yang memang benar-benar bercocok tanam secara organik. Untuk sayuran ia mendapatkan dari pelopor pertanian organik di Indonesia, yakni Romo Agatho, serta Pak Leo yang berada di Cisarua. Sedangkan beras didatangkan dari Sragen.
Hariyanto sebenarnya membuka Warung Daun sejak tahun 2003, namun ‘warung’ itu baru benar-benar menyediakan makanan organik sejak tahun 2004. “Restoran harus punya ciri khas, dan saya lihat, produk seperti ini belum ada,” kata mantan karyawan Pupuk Kaltim yang mengundurkan diri di usia 42 tahun karena ingin punya usaha sendiri tersebut.
Namun yang diandalkan Warung Daun bukan hanya keorganikannya, soal rasa juga menjadi fokus. “Kebanyakan yang datang saya lihat karena kelezatannya bukan karena organik. Yang benar-benar maniak organik paling-paling 20 persen saja,” ujarnya. (lis)
http://www.wartakota.co.id/read/kuliner/18839
Post a Comment