Gerakan Konsumen Indonesia
The only thing necessary for the triumph of evil is for good men to do nothing. (Kejahatan hanya bisa terjadi ketika orang baik tidak berbuat apa-apa). ---Edmund Burke

Kemdiknas Belum Sentuh Akar Persoalan Pendidikan

2010-01-23

[JAKARTA] Program kerja 100 hari Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) dinilai masih belum menyentuh akar persoalan pendidikan nasional. Bahkan, program-program yang telah dilaksanakan masih sebatas di atas kertas dan belum jelas implementasinya di lapangan.

Demikian rangkuman pendapat Koordinator Education Forum Suparman, anggota Koalisi Pendidikan Lody Paat, dan anggota Komisi X DPR RI Utut Adianto di Jakarta, Kamis (21/1) mengenai kinerja 100 hari Mendiknas Mohammad Nuh.

"Saya belum melihat ada keberhasilan substansi dari kinerja 100 hari Mendiknas. Program yang dijalankan hanya meneruskan program menteri sebelumnya dan bukan menjawab persoalan pendidikan sesungguhnya saat ini," kata Suparman.


Abaikan Isu Penting

Seharusnya, lanjutnya, masalah UN, wajib belajar (wajar) pendidikan dasar 9 tahun, implementasi pendidikan gratis dan mudah terjangkau serta perbaikan kesejahteraan guru bantu, honorer, dan swasta yang sampai kini belum dituntaskan, menjadi fokus perhatian Mendiknas dalam program kerja 100 harinya.

Menurut dia, Mendiknas tampaknya tidak mau mengambil risiko besar untuk melakukan terobosan atau gebrakan untuk menyelesaikan persoalan tersebut. Jika saja Mendiknas mau mengevaluasi UN dan berani menerapkan pendidikan gratis sesungguhnya di tingkat pendidikan dasar serta penyediaan buku gratis di sekolah, Suparman yakin kinerja 100 hari Mendiknas bakal mendapat poin positif dari masyarakat dan mendongkrak citra pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono.

Senada dengan itu, Lody Paat mengatakan, program 100 hari Mendiknas mengabaikan isu-isu penting pendidikan saat ini. "Program-program yang telah dijalankan sekarang ini tidak bisa dijadikan ukuran keberhasilan Menteri dalam menjalankan tugas selama 100 hari sebab itu bukan isu sentral dan problem serius mendesak bagi dunia pendidikan saat ini," ujarnya.

Menurut dia, persoalan serius yang sebenarnya harus dibenahi dan menjadi prioritas Mendiknas yang baru di antaranya soal UN dan pelaksanaan program wajar 9 tahun.
Kedua masalah itu, seharusnya jadi fokus perhatian menteri sebab isu sentral ini berdampak besar bagi guru, siswa, orangtua, dan masyarakat.

Selain itu, persoalan komersialisasi pendidikan, terutama makin mahalnya biaya pendidikan di perguruan tinggi sehingga sulit dijangkau masyarakat kecil dan juga pemberantasan dan pencegahan korupsi pendidikan seharusnya menjàdi agenda utama Kemdiknas yang harus dituntaskan. Sebab, selama ini Kemdiknas sangat tertutup dalam mengelola anggaran pendidikan sementara anggaran yang diterima dari APBN sangat besar.

Lody melanjutkan, program penyediaan internet massal di sekolah memang baik, tapi itu bukan yang paling dibutuhkan masyarakat saat ini. Masyarakat tidak butuh program yang muluk-muluk.

Mereka hanya butuh pendidikan gratis, serta sarana dan prasarananya mudah terjangkau dan merata kualitasnya seperti yang diamanatkan undang-undang. Dia juga menilai positif program beasiswa yang dikucurkan kepada lulusan SMA/SMK/MA berprestasi dari kalangan masyarakat tidak mampu untuk belajar di perguruan tinggi negeri. Namun, Lody mengharapkan pemberian beasiswa seyogianya bisa juga diterapkan untuk pelajar SMP maupun SMA/SMK/MA.

100 Persen

Mendiknas Mohammad Nuh dalam jumpa pers awal tahun mengklaim, tiga dari delapan Program 100 Hari Depdiknas telah selesai 100 persen, sedangkan pencapaian lima program lainnya rata-rata baru berjalan di atas 50 persen. Ketiga program tersebut meliputi penyediaan internet secara massal di 17.500 sekolah, penyusunan program beasiswa, serta penyusunan Renstra 2010-2014.

Sementara itu, lanjut Nuh, capaian lima program lainnya rata-rata sudah berjalan di atas 50 persen. Nuh mengungkapkan, jika dipersentasikan, pencapaian kinerja kementeriannya hingga akhir Desember 2009 lalu sebetulnya mencapai 70 persen.

Mendiknas berharap, hingga batas akhirnya nanti bisa mencapai 100 persen. Untuk penyediaan internet, misalnya, bahkan melebihi dari target, yaitu dari 17.500 yang terpasang menjadi 18.358 titik di 33 provinsi. [M-17]

http://www.suarapembaruan.com/index.php?detail=News&id=13255
0 comments:

Post a Comment

Selamat Datang

Blog ini diproyeksikan untuk menjadi media informasi dan database gerakan konsumen Indonesia. Feed-back dari para pengunjung blog sangat diharapkan. Terima kasih.

Followers


Labels

Visitors

You Say...

Recent Posts