Gerakan Konsumen Indonesia
The only thing necessary for the triumph of evil is for good men to do nothing. (Kejahatan hanya bisa terjadi ketika orang baik tidak berbuat apa-apa). ---Edmund Burke

Lima Produk Elektronik China Ancam Pasar Nasional

Selasa, 26 Januari 2010 22:18 WIB

Penulis : Rini Widuri Ragillia

JAKARTA-MI: Federasi Gabungan Elektronik (F-Gabel) menyatakan lima produk elektronik dalam negeri terancam dengan impor produk dari China, sebagai imbas dari implementasi kesepakatan pasar bebas ASEAN-China ( ACFTA).

Kelima produk tersebut adalah radio cassette, televisi berukuran 14 inch dan 21 inch, kipas angin, setrika berkapasitas 350 watt (W), dan pompa air 125 W. Penyebabnya adalah karena biaya produksi di dalam negeri lebih mahal jika dibanding biaya impor produk dari China.

"Dari segi hitungan cost, produk elektronik kita akan terancam. Melihat dari biaya masuk ke sini, semakin kecil barang itu akan semakin murah bea masuk ke sini," ujar Ketua F-Gabel Rahmat Gobel di sela-sela acara Business Strategy Workshop 2010, Grow or Die, di Jakarta, Selasa (26/1).

Manurut Rahmat, jika posisi kelima produk tersebut tergusur dengan masuknya impor, hal itu sangat disayangkan. Pasalnya, kandungan lokal di produk-produk tersebut cukup tinggi. Kandungan lokal di produk radio cassette mencapai 71%, televisi 60%, dan kipas angin 50%.

"Padahal produk ini kandungan lokalnya tinggi. Kalau kulkas itu Cuma 25%. AC malah Cuma 5%," ujarnya.

Menurut data F-Gabel, lima produk itu selama ini dikonsumsi oleh 20 juta kepala keluarga berpendapatan menengah ke bawah di Indonesia setiap tahun. Harga lima produk itu berkisar Rp147.000 รข€“ Rp1,3 juta per unit.

"Mereka yang beli ini adalah yang peduli kualitas, karena lebih mengutamakan harga. Sementara produk China kan rata-rata kualitasnya lebih rendah," ujarnya.

Penetrasi pasar terbesar produk-produk skala menengah ke bawah hingga 2009 didominasi produk radio kaset sebesar 71% dari total produksi sekitar 465.000 unit per tahun. Adapun produk televisi CRT memiliki porsi penetrasi pasar lokal sekitar 63% dari total produksi 4,3 juta unit per tahun.

Produk kipas angin menguasai 50% pasar atau setara 1,35 juta unit dari total produksi 2,7 juta unit per tahun, sedangkan setrika sebesar 40% dari total produksi 3,7 juta unit per tahun. Adapun pompa air mencapai 31% dari total produksi 1,7 juta unit per tahun.

Kalangan produsen elektronik menyatakan implementasi ACFTA akan memperbesar porsi penetrasi produk impor China berskala menengah bawah ke pasar local. Kondisi itu dikhawatirkan dapat mengancam produsen serupa di dalam negeri. Data Electronic Marketer Club (EMC) hingga 2009 terdapat sekitar 18 produsen elektronik yang masih memproduksi peralatan elektronik rumah tangga skala menengah bawah.

"Saya sudah mengklasifikasi mana saja produk yang terancam dan mana yang bisa bertahan," katanya.

Sementara itu, produk-produk elektronik yang menurut Gobel masuk dalam kategori aman dan akan mampu bertahan adalah lemari es, mesin cuci, air conditioner (AC), televisi LCD, komputer notebook, kamera digital, dan telepon selular.

Meski demikian, ia menegaskan perlunya penetapan standardisasi nasional yang tinggi terhadap produk yang masuk dan diperdagangkan di dalam negeri.

"Di AS, produk telepon selular buatan China tak bisa masuk. Karena mereka memiliki standar yang kuat. Sementara di sini, produk nonstandar banyak yang masuk. Ini dalam jangka panjang konsumen akan dirugikan," terangnya.

Lebih lanjut, Rahmat mengatakan untuk membuat industrik elektronik dalam negeri dapat memiliki daya saing dan kuat, pemerintah harus lebih mengembangkan industri komponen. Karena komponen merupakan faktor penting dalam industri manufaktur termasuk elektronik..

"Industri komponen kita masih sangat rendah. Pabrik kompresor saja kita baru punya satu," terangnya.

Semakin banyak komponen yang di impor semakin tinggi biaya produksi.

Ia juga meminta pemerintah untuk lebih menjaga agar produk ilegal sulit masuk ke Indonesia. Karena berdasarkan data gabungan pengusaha elektronik (gabel) tahun 2008 dari total kebutuhan prosuk elktronik untuk rumah tangga sebesar US$29,8 miliar industri dalam negeri memasok sebersar 34%, sedangkan 35% diisi oleh industri ilegal dan sisanya dari impor resmi. Ia juga menekankan perlunya adanya upaya baru dari pemerintah untuk mempercepat harmonisasi tarif dan berbagai kebijakan fiskal.

"Ada beberapa instrument fiskal yang memungkinkan untuk digunakan untuk menekan biaya produksi dan biaya usaha agar dapat meningkatkan daya saing produk industri nasional. Fasilitas fiskal yang dapat dimanfaatkan antara lain Pajak pertambahan nilai, bea masuk bahan baku dan bahan baku penolong," ujarnya. (DU/OL-7)

http://www.mediaindonesia.com/read/2010/01/26/119427/4/2/Lima-Produk-Elektronik-China-Ancam-Pasar-Nasional
0 comments:

Post a Comment

Selamat Datang

Blog ini diproyeksikan untuk menjadi media informasi dan database gerakan konsumen Indonesia. Feed-back dari para pengunjung blog sangat diharapkan. Terima kasih.

Followers


Labels

Visitors

You Say...

Recent Posts