Gerakan Konsumen Indonesia
The only thing necessary for the triumph of evil is for good men to do nothing. (Kejahatan hanya bisa terjadi ketika orang baik tidak berbuat apa-apa). ---Edmund Burke

Terlalu Banyak Minum Susu, Si Kecil Jadi Ogah Makan

Labels: , ,
Sabtu, 30 Januari 2010 17:54

Perlu dipahami, fase kebutuhan pertumbuhan anak mulai menurun sehingga nafsu makan anak pada usia ini mulai berkurang. (SuaraMedia News)

Si kecil Erika yang berusia 1 tahun 6 bulan mulai sulit makan. Bukan kesulitan dalam menelan makanannya, tapi ia seperti tidak tertarik dengan makanan hasil olahan sang bunda.
“Tiap saya suapi, makannya cuma sesuap dua suap, habis itu dia geleng-geleng, enggak mau makan. Tapi kalau saya kasih susu, dalam sehari bisa habis berbotol-botol,” keluh Sonya tentang perilaku makan putrinya.

Awalnya Sonya santai-santai saja ketika Erika jadi lebih sering minta dibuatkan susu. “Toh susu sudah mengandung banyak zat gizi yang diperlukan Erika,” begitu lanjut Sonya.

Betulkah susu, dalam hal ini susu formula dapat diandalkan untuk menggantikan posisi makanan padat bagi bayi? Apa efeknya jika si kecil jauh lebih doyan susu ketimbang makan makanan padat?

Bisa kekurangan serat

Bagi bayi yang sudah melalui ASI eksklusifnya dengan sukses, ia membutuhkan makanan tambahan di luar ASI seiring dengan pertumbuhannya yang kian pesat. Apa yang dimakan bayi tentunya harus dapat mencukupi kebutuhan energi serta zat-zat gizi lainnya.

“Susu, terlebih ASI memang yang paling utama ketika saluran cerna bayi belum berkembang sempurna. Tapi, di atas usia 6 bulan bayi membutuhkan makanan tambahan di luar susu guna melatih saluran cernanya,” jelas dr. Win Johanes, MS, SpGK seorang dokter spesialis gizi klinik dari RS TK. II Moh. Ridwan Meureksa, Jakarta Pusat.

Ia menjelaskan, jika bayi sudah terlalu banyak minum susu, otomatis makanan padatnya akan berkurang. Terutama, bayi akan kekurangan serat karena serat tidak ditemui pada produk makanan hewani, susu, telur dan hasil olahannya. Padahal serat dibutuhkan untuk melancarkan gerak peristaltik usus sekaligus memudahkan pengeluaran sisa-sisa makanan.

Serat menyapu bersih sisa makanan dengan cara mengikat sisa makanan dalam usus dan menyerap air sebanyak-banyaknya. Dengan begitu volume tinja meningkat dan lunak, sehingga bisa dengan mudah dan cepat dikeluarkan oleh usus. Hasilnya, proses buang air besar pun menjadi lancar. Bukan itu saja, lemak dan aneka macam produk hasil metabolisme tubuh yang tidak perlu, ikut terbuang.

Nah, jika bayi sampai kekurangan serat karena terlalu banyak minum susu itu artinya pematangan saluran cernanya terhambat. Akibatnya, anak jadi sering mencret, bahkan lebih ekstrimnya lagi, efek jangka panjang ke depan kelak ia berisiko menderita kanker usus.

“Usahakan setelah lewat 6 bulan, anak dapat makanan sehari-hari yang juga dimakan orangtuanya. Jangan eksklusifkan makanan dia. Kalau ayah dan ibunya makan tempe, ya dia makan tempe juga. Melatih anak makan selain merangsang pertumbuhan gigi juga baik untuk enzim ptialin yang terdapat di dalam air ludah,” papar dr. Win lagi.

Tip bila anak mogok makan

Ada beberapa cara yang Moms bisa lakukan jika si kecil sudah terlanjur minum susu terlalu banyak dan emoh makan.
1. Buat program training untuk anak, atur polanya.
2. Secara perlahan kurangi susunya, tambah makanan padatnya. Satu hal yang membuat anak susah lepas dari susu adalah masalah dot. Banyak anak merasa ‘kecanduan’ karena terbiasa minum susu dengan dot. Dot itu yang membuat anak ketagihan, ini sungguh menyulitkan karena si kecil sudah merasakan kenikmatan tersendiri saat ngedot. Nah, biasakan si kecil minum susu dengan gelas ya, Moms!
3. Enceri susunya! Lama-kelamaan kebiasaannya minum susu berlebihan bisa berkurang. Kebiasaan ngedot pun bisa dikurangi sehingga anak kembali menerima makanan padatnya.

Kiat agar si Kecil doyan makan

1. Pelan-pelan, latih anak agar tertarik dengan makanan. Anak belum seperti orang dewasa yang punya satu pola tetap. Misalnya, hari ini anak disuguhi ayam goreng, dia lahap makannya, besok bila dibuat menu yang sama, dia belum tentu mau. Jadi seleranya berubah-ubah, polanya masih belum terbentuk.

2. Anak tertarik dengan warna, raciklah makanan yang warnanya mencolok. Begitu juga dengan perangkat makannya. Semakin meriah warnanya, itu akan semakin merangsang minatnya untuk makan. Pilih warna-warna seperti merah, hijau terang, oranye, dan sebagainya.

3. Jangan menegur anak jika makannya berantakan. Usahakan anak tetap makan sendiri. Inilah saat dimana ia mulai bereksperimen. Memang kadang terlihat jorok dan berantakan. Biarkan saja sambil diajari pelan-pelan. Ingat, jangan sampai dimarahi! Yang penting cuci tangannya hingga bersih sebelum makan.

4. Perlu dipahami, fase kebutuhan pertumbuhan anak mulai menurun sehingga nafsu makan anak pada usia ini mulai berkurang. Tak heran tiap kali makan harus ‘kejar-kejaran’ dulu, makan diemut sampai lama, dan sebagainya. Don’t worry Moms, karena penurunan ini artinya kebutuhan kalori berkurang, nafsu makannya pun ikut turun.

Nanti kalau sudah masuk tahap pertumbuhan kedua, nafsu makannya akan tinggi lagi. Sekitar usia 10 tahun ke atas, anak mulai lahap, pertumbuhan cepat. Nafsu makan berkurang tidak apa-apa, asalkan Moms tetap mengusahakan terus kecukupan enargi dan zat-zat gizinya. Sekali lagi, bukan kuantitas makanannya, tapi kualitasnya. Bukan seberapa banyak yang dimakan, tapi apa yang dimakan.(okezone.com)www.suaramedia.com

http://www.suaramedia.com/gaya-hidup/anak/16618-terlalu-banyak-minum-susu-si-kecil-jadi-ogah-makan.html
0 comments:

Post a Comment

Selamat Datang

Blog ini diproyeksikan untuk menjadi media informasi dan database gerakan konsumen Indonesia. Feed-back dari para pengunjung blog sangat diharapkan. Terima kasih.

Followers


Labels

Visitors

You Say...

Recent Posts